Tulungagung (ANTARA) -
"Setiap bulan puasa dan menjelang Lebaran permintaan pasar selalu turun," kata Abdul Syakur, pelaku usaha jajanan bipang "Garuda terbang" di Desa Serut, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung.
Biasanya setiap tiga hari sekali bisa memproduksi bipang hingga 50 ribuan bungkus ukuran sedang yang kemudian diwadahi menjadi 1000 bal atau karton besar.
Namun seiring datangnya bulan puasa dan menjelang Lebaran, produksi turun. Hal itu tak lepas dari penurunan permintaan agen pemasaran atau distributor, merespon kurangnya animo pasar terhadap jajanan ringan tersebut.
"Sekarang ini yang pasti tidak ada kenaikan. Produktivitas agak dikurangi. Jika dulu tiga hari sekali menghasilkan 1.000 bal, kini kegiatan itu dilakukan sepekan sekali," ujarnya.
Ada dua faktor utama yang menyebabkan jajanan bipang kurang diminati setiap kali memasuki musim Ramadhan dan Lebaran.
Pertama karena selama puasa konsumsi jajanan masyarakat turun, dan beralih pada kuliner sore atau malam yang sekarang lebih variatif untuk pelengkap berbuka puasa.
Sementara alasan kedua yang tak kalah penting adalah faktor cuaca.
Kata Abdul Syakur, saat kemarau jajanan bipang kurang diminati pembeli/masyarakat.
Lonjakan drastis justru terjadi saat musim hujan. Produksi bilang bahkan bisa dilakukan hampir saban hari.
"Mungkin karena saat hujan enak buat camilan, pengganti makanan nasi juga bisa karena memang terbuat dari beras dan diproses secara alami," katanya.
Bipang di UD Garuda Terbang dijual dengan harga kulak senilai Rp14 ribu per bal (isi per bal sebanyak 50 bungkus bipang). Sementara di tingkatan agen atau pengecer biasanya sekitar Rp25 ribu per bal.
"Sehari produksi bipang bisa menghabiskan beras hingga 4,5 kuintal. Alhamdulillah kalau bahan baku tidak ada masalah, cuma untuk memilah beras yang baik memang agak susah karena beberapa merek beras produknya banyak yang pecah-pecah," ujarnya.
Jajanan bipang dari UD Garuda Terbang maupun UKM lain tak hanya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal di Tulungagung dan sekitarnya.
Namun juga dikirim ke sejumlah kota di Jawa maupun Luar Jawa.
Mulai dari Surabaya, Brebes dan Pati Jawa Tengah, hingga Sulawesi dan Merauke Provinsi Papua Barat.