Surabaya (ANTARA) - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan, Jawa Timur, berkomitmen untuk terus memperbaiki kinerjanya, salah satunya menggenjot perolehan pendapatan dari hasil hutan bukan kayu (HHBK).
"Hal itu dibuktikan dengan perolehan pendapatan pada triwulan satu yang membukukan uang sebesar Rp1,1 Miliar lebih dari kegiatan kerja sama tanaman agroforestry," kata Administratur Perhutani KPH Saradan Noor Rochman dalam keterangan tertulis di Surabaya, Rabu.
Ia mengemukakan perolehan itu berasal dari komoditas jagung, padi dan ketela yang ditanam secara tumpangsari pada musim tanam pertama.
Melihat hasil pada musim tanam pertama itu, Noor Rachman yakin jika target pendapatan dari agroforestry tahun 2019 nanti bakal melampaui.
"Apalagi pada musim tanam kedua nanti, selain panen jagung dan padi, di wilayahnya juga akan panen raya umbi porang sekitar bulan Juli hingga Agustus 2019," ujarnya.
Noor Rochman juga mengatakan jika tanaman agroforestry yang dikerjasamakan dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) tahun 2019 di wilayah kerjanya saat ini seluas 2.432 hektare dengan target pemasukan sebesar Rp1,3 miliar.
"Jika dibandingkan dengan luas tanaman agroforestry tahun 2018 yaitu seluas 4.552 hektare, maka luas tanaman tahun 2019 tersebut lebih kecil, apalagi target tahun 2018 sebesar Rp2,1 miliar hanya tercapai Rp1,4 miliar," katanya.
Menurutnya, peningkatan pemasukan untuk Perhutani juga akan meningkatkan pendapatan petani hutan yang memanfaatkan lahan Perhutani.
Ia menjelaskan dampak positif lain dari kerja sama tanaman agroforestry dengan LMDH ini adalah menjadikan tanaman pokok kehutanan yang ditanam bersama dengan tanaman tumpangsari ikut terjaga oleh mereka, terangnya.
"Selain itu pengembangan pertanian tanaman pangan di lahan hutan, juga sebagai penopang kehidupan masyarakat sekitar hutan dengan tetap menjaga peranannya sebagai stabilisasi dan peningkatan fungsi ekosistem," katanya.
Perhutani Saradan genjot pendapatan dari hasil bukan kayu
Rabu, 8 Mei 2019 19:40 WIB