Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Bojonegoro, Jawa Timur, mencatat tidak semua perajin mebel ukir di sejumlah sentra industri mebel kayu jati memperoleh pesanan relief relegius menjelang Natal 2018.
"Hanya ada satu perajin mebel ukir yang mengkhususkan membuat relief relegius agama Kristen," kata Kasi Industri Hasil Hutan Disperinaker Bojonegoro Suliana di Bojonegoro, Jumat.
Ia menyebutkan, perajin mebel ukir yang rutin memperoleh pesanan relief religus menjelang Natal, bahkan memproduksi secara rutin hanya Sutrisno (45), warga Desa Campurejo, Kecamatan Kota.
"Perajin mebel ukir yang mengkhususkan membuat relief relegius, seperti Perjamuan Suci, juga patung Yesus, ya hanya Sutrisno. Kalau perajin mebel lainnya, seperti perajin ukir mebel di Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, juga Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, hanya membuat mebel ukir motifnya umum," katanya.
Hal itu dibenarkan seorang perajin mebel ukir di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, M Guntur yang menyebutkan pesanan mebel ukir umum, juga relief dengan nuansa relegius, tapi Islami.
"Untuk mebel dengan motif ukir selalu dengan bahan kayu jati kualitas bagus. Sekarang warga Bojonegoro yang mampu menjadi perajin ukir mebel sudah banyak sejak masuknya perajin ukir Jepara sekitar 1990," ucap Suliana, dibenarkan Guntur.
Baik Suliana maupun Guntur mengatakan, bahan kayu jati dengan kualitas bagus di Bojonegoro stoknya mulai menurun, tapi masih bisa diperoleh dengan mudah oleh perajin mebel.
Seorang perajin ukir di Desa Campurejo, Kecamatan Kota, Sutrisno, menjelaskan, menjelang Natal 2018 hanya memperoleh pesanan dua relief relegius Perjamuan Suci, menurun dibanding tahun lalu yang jumlahnya bisa mencapai tujuh pesanan.
"Pemesannya warga Malang dengan harga Rp27,5 juta per relief ukurannya 1x1,5 meter. Kalau biasanya pemesan relief Perjamuan Suci datang dari berbagai daerah di Tanah Air," ucapnya.
Sutrisno mematok harga relief Perjamuan Suci mulai Rp4 juta sampai Rp40 juta, tergantung besar kecilnya ukuran media kayu jati.
"Pembuatan relief Perjamuan Suci membutuhkan waktu dua bulan," tambahnya.
Ia memiliki 35 tenaga kerja yang hampir semuanya warga lokal, yang mampu membuat berbagai motif ukir-ukiran, termasuk relief Perjamuan Suci.
Oleh karena itu, di tempatnya juga terus memproduksi khusus relief relegius dengan nuansa Kristen, selain sejumlah patung Yesus dan juga Bunda Maria.
"Saya juga membuat berbagai cinderamata yang bisa langsung dibeli dalam bentuk berbagai macam patung di dalam kotak kaca," ucapnya. (*)