Meski demikian, di sela-sela kesibukan para delegasi SNS 2018, mereka juga mendapat fasilitas dari Pemerintah Kota Surabaya untuk melihat keindahan Kota Pahlawan baik di siang hari maupun malam hari.
Salah satu yang membuat mereka terpesona pada saat diajak menyusuri sungai Kalimas pada malam hari sesuai penutupan acara SNS 2018 di Balroom lantai 4, Grand City Mall, Surabaya pada Sabtu (17/11) sore.
Rombongan berangkat pukul 17.00 WIB dari Grand City menuju dermaga Monumen Kapal Selam (monkasel). Setibanya di dermaga Monkasel, delegasi langsung menggunakan pelampung.
Bersiap menikmati sungai kalimas berhiaskan lampu lampion berwarna-warni, Presiden Global Entrepreneurship Network (GEN) Jonathan Ortmans menuturkan perjalanan menyusuri sungai merupakan pengalaman pertama dalam hidupnya.
"Saya sangat terkesan apalagi melihat lampu-lampu lampion di atas sungai yang sangat cantik," katanya.
Sepanjang perjalanan menuju Dermaga Siola, nampak wajah sumringah ditunjukkan delegasi asal United State, Kim Bettcher. Ia mengaku senang dengan agenda naik perahu. Ia terlihat senang dan menikmati.
Hal serupa juga disampaikan delegasi asal India, Yhatin Thakur. Baginya, sungai di Surabaya cukup bersih ditambah hiasan lampu-lampu lampion yang sangat elegan.
Ia pun tidak lupa mengabadikan foto pemandangan yang cantik dan romantis di Surabaya itu untuk nantinya bisa diceritakan kepada anaknya serta teman-temannya saat pulang ke India.
Pemerintah Kota Surabaya sendiri telah mempersiapkan fasilitas mulai pelampung hingga kondisi perahu agar delegasi aman dan nyaman saat menyusuri sungai kalimas. Ada 29 perahu dan 200 pelampung yang disediakan Pemkot Surabaya untuk mengangkut delegasi.
Setibanya di dermaga Siola, delegasi disuguhkan makan malam di jembatan gantung Siola lantai 3. Pemandangan cantik menambah kesan romantis bagi para delegasi untuk melihat Kota Pahlawan di malam hari seperti yang disampaikan delegasi asal Taiwan, Gary Gong.
"Dua hari saya disini, kurasa ini tempat paling bagus. Pemandangan yang sangat cantik," kata Gary.
Sembari menikmati makan malam, beberapa delegasi juga meninjau aktivitas anak muda di koridor. Jonathan Ortman yang juga meninjau koridor menuturkan bahwa ini merupakan kunjungan kedua di koridor.
Menurut Presiden GEN, anak muda Surabaya yang ingin memulai sesuatu bisa menuangkan idenya di tempat ini. Hanya saja, ia menantang anak muda Surabaya agar lebih peka mengenali banyak masalah di sekitarnya serta menemukan masalahnya.
Adapun yang terpenting bagi Jonathan, anak muda harus mencoba banyak cara untuk menemukan jalan keluar yang terbaik dalam mengatasi masalah.
Puas menikmati makan malam, beberapa delegasi juga menyempatkan diri mampir di stand produk milik pelaku usaha kecil menengah (UKM) di gedung Siola lantai 1. Mereka membeli berbagai macam produk milik UKM seperti batik, makanan dan minuman ringan serta aksesoris lainnya.
George Makris delegasi asal Australia terlihat memborong beberapa produk milik UKM. Alasannya, ia mengaku penasaran dengan berbagai macam produk yang dijual seperti krupuk, brownies cookies, sambal dalam kemasan yang cantik serta batik.
Wisata Religi
Kegaguman para delegasi SNS 2018 akan keindahan Surabaya tidak hanya pada malam hari saja, tetapi juga siang hari pada saat mereka mengikuti agenda "city tour" Pemkot Surabaya dengan melakukan kunjungan wisata relegi ke makam Sunan Ampel dan Pura Agung Jagad Karana, Kota Surabaya pada Kamis (16/11).
Salah satu delegasi SNS 2018 asal Brazil, Rafaela Nicolazzi mengaku kagum dengan keuinikan bangunan tua di kawasan pemakaman Sunan Ampel yang dinilai memiliki nilai arsitektur akulturasi Arab dan China. Apalagi Sunan Ampel sendiri memiliki sejarah sebagai perintis penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Tidak hanya itu, Rafaela Nicolazzi menilai orang-orang di sekitar kawasan Ampel cukup ramah. Ia sendiri mengaku tidak asing berada di kawasan religi muslim seperti ini karena sudah pernah mengunjungi Dubai yang serupa dengan kawasan Ampel. Bahkan, jauh-jauh haru sudah menyiapkan hijab untuk keperluan saat berkunjung kawasan religi di Surabaya.
Saat memasuki area makam Sunan Ampel, Rafaela terlihat takjub melihat aktivitas keagamaan di dalam makam. Ia merasa khusyuk saat melihat orang-orang berdoa sembari memegang Al Quran.
Hal serupa juga disampaikan delegasi asal Australia, George Makris. Ia mengaku terkesan dengan kunjungan pertama yang dilakukan di Surabaya. "Baru pertama kali saya datang dan masuk ke kawasan masjid ini," ujarnya.
Pengalaman George mengenakan sarung semakin membuat dirinya terkesan akan kunjungan di kawasan religi di Surabaya. Momen ini, menurutnya akan menjadi cerita bagi teman dan saudara-saudaranya.
Ia terlihat berbeda saat menggunakan sarung. Namun delegasi SNS 2018 dari Asutralia ini tidak mempermasalahkannya karena ia sangat menghargai keragaman ini.
Setelah melihat makam Sunan Ampel, delegasi disuguhkan berbagai pernak-pernik Muslim yang ada di sepanjang lorong mulai dari gamis, mukenah, peci, parfum, kalung, gelang, tasbih, hingga kosmetik Arab. Tampak para delegasi tidak canggung menyapa satu per satu pedagang yang berjualan disana.
Puas mengitari wisata religi Sunan Ampel, delegasi melanjutkan perjalanan ke Pura Agung Jagad karana yang terletak di jalan ikan lumba-lumba, Perak. Setibanya di sana, mereka langsung menuju pura.
Sebelum masuk ke area pura, delegasi diminta menggunakan kain berwarna kuning yang diikatkan di pinggang. Memasuki kawasan pura, delegasi diperlihatkan berbagai macam patung, prasasti dan pohon yang diikat dengan kain berwarna putih hitam.
Menurut delegasi asal Australia George Makris, pura yang ada di Surabaya sama persis dengan yang ada di Bali. "Saya sering ke Bali dan saya kira pura di Surabaya berbeda dengan yang di Bali, tapi ternyata mirip. Ada gamelannya juga," katanya.
Tidak ingin kehilangan momen, beberapa delegasi tampak asyik mengabadaikan foto di beberapa spot yang dirasa unik. Kemudian, mereka melakukan foto bersama pengurus pura Agung Jagad Karana.
Jamuan Makan Malam
Peserta Startup Nations Summit (SNS) 2018 juga disambut istimewa saat tiba di Balai Kota Surabaya, Jumat (16/11) malam. Penyambutan itu dalam rangka "welcome dinner" atau jamuan makam malam yang digelar Pemerintah Kota Surabaya khusus untuk peserta SNS.
Sebelum memasuki halaman Balai Kota Surabaya, para peserta disambut kesenian reog, bahkan ketika sudah memasuki Balai Kota Surabaya, mereka juga disambut layaknya pengantin, karpet merah dipasang rapi, di pintu gerbangnya juga ada janur kuning melengkung di dua sisinya, obor serta payung emas melengkapinya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai tuan rumah menyambutnya di pintu gerbang. Sedangkan di Taman Surya, sudah disediakan berbagai macam makanan khas Surabaya, mulai dari soto ayam, sate ayam dan kelopo, rawon, bakso hitam, gado gado, nasi kuning, nasi kebuli, semanggi, kikil lontong dan minuman produk usaha kecil menengah (UKM) Surabaya.
Semua peserta nampak menikmati makanan khas Surabaya ini. Setelah menikmati sajian makanan, mereka kemudian dihibur dengan berbagai macam atraksi di panggung welcome dinner yang merah.
Ibam, seorang bocah tunanetra juga memberikan penampilan terbaiknya dengan menyanyikan lagu sembil jari-jemarinya memencet lembut organ yang telah dipersiapkan. Tepuk tangan pun menggema kala itu.
Selain itu, musik angklung dan juga tari samman juga memeriahkan welcome dinner itu. Lagi-lagi, tepuk tangan pun menggema.
Salah satu peserta dari Fukuoka, Mumu Makinose mengatakan penyambutan tamu seperti ini sangat unik. Sebab, jika di Jepang biasanya penyambutannya di dalam gedung dan tidak di luar atau pun di taman seperti ini. Makanya, ia sangat mengapresiasi penyambutan semacam ini.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga diberi cinderamata oleh Presiden Global Enterpreneurship Network (GEN) Global, Jonathan Ortman.
Usai menerima cinderamata itu, Wali Kota Risma mengaku sangat terkesan dengan pemberian itu dan tidak menyangka dari pihak Gen juga membawa cinderamata.
"Saya berharap Kota Surabaya ini bisa menjadi rumah kedua bagi kalian semua. Semoga bisa kembali lagi ke Surabaya," katanya.
Menanggapi pernyataan itu, Jonathan juga mengaku bahwa kunjungannya ke Surabaya saat ini dan acara SNS tahun ini di Kota Surabaya sangat meriah dan akan menjadi pengalaman yang mungkin tidak akan terlupakan. (*)
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai tuan rumah menyambutnya di pintu gerbang. Sedangkan di Taman Surya, sudah disediakan berbagai macam makanan khas Surabaya, mulai dari soto ayam, sate ayam dan kelopo, rawon, bakso hitam, gado gado, nasi kuning, nasi kebuli, semanggi, kikil lontong dan minuman produk usaha kecil menengah (UKM) Surabaya.
Semua peserta nampak menikmati makanan khas Surabaya ini. Setelah menikmati sajian makanan, mereka kemudian dihibur dengan berbagai macam atraksi di panggung welcome dinner yang merah.
Ibam, seorang bocah tunanetra juga memberikan penampilan terbaiknya dengan menyanyikan lagu sembil jari-jemarinya memencet lembut organ yang telah dipersiapkan. Tepuk tangan pun menggema kala itu.
Selain itu, musik angklung dan juga tari samman juga memeriahkan welcome dinner itu. Lagi-lagi, tepuk tangan pun menggema.
Salah satu peserta dari Fukuoka, Mumu Makinose mengatakan penyambutan tamu seperti ini sangat unik. Sebab, jika di Jepang biasanya penyambutannya di dalam gedung dan tidak di luar atau pun di taman seperti ini. Makanya, ia sangat mengapresiasi penyambutan semacam ini.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga diberi cinderamata oleh Presiden Global Enterpreneurship Network (GEN) Global, Jonathan Ortman.
Usai menerima cinderamata itu, Wali Kota Risma mengaku sangat terkesan dengan pemberian itu dan tidak menyangka dari pihak Gen juga membawa cinderamata.
"Saya berharap Kota Surabaya ini bisa menjadi rumah kedua bagi kalian semua. Semoga bisa kembali lagi ke Surabaya," katanya.
Menanggapi pernyataan itu, Jonathan juga mengaku bahwa kunjungannya ke Surabaya saat ini dan acara SNS tahun ini di Kota Surabaya sangat meriah dan akan menjadi pengalaman yang mungkin tidak akan terlupakan. (*)