Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Masyarakat Banyuwangi memiliki tradisi unik, yakni Keboan yang merupakan kultur agraris yang masih kental mewarnai kehidupan sejumlah desa di wilayah paling timur Pulau Jawa itu.
Salah satunya adalah Desa Aliyan, di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Di desa ini warga memiliki tradisi Keboan, sebuah ritual adat permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat subur dan panen yang didapat petani melimpah.
Dalam ritual yang berlangsung setiap bulan Suro-penanggalan Jawa, sejumlah petani kerasukan roh gaib dan bertingkah layaknya kebo (kerbau). Pada tahun ini, ritual digelar pada Minggu (16/9), yang cukup menarik bagi para wisatawan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, tradisi Keboan Aliyan merupakan salah satu kekayaan budaya asli warga lokal. Pemerintah daerah mengangkat tradisi ini sebagai bagian dari Banyuwangi Festival sebagai bentuk apresiasi pada warga yang terus menjaga warisan para leluhur.
“Banyuwangi boleh maju, tapi tradisi dan budaya yang ada di tengah masyarakat tidak akan kita tinggalkan. Tradisi ini tidak hanya sekedar sebuah ritual rutin tapi juga sebagai salah satu wajah Banyuwangi yang ingin kita tampilkan, yakni semangat guyub dan gotong royong,” kata Bupati Anas saat menghadiri Keboan Aliyan.
Ritual keboan ini diawali dengan kenduri desa yang digelar sehari sebelumnya. Warga bergotong royong menyiapkan tradisi ini. Mulai dari bahu membahu
menyiapkan ragam kebutuhan untuk ritual, hingga membangun gapura dari janur yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan.
Esok paginya, warga menggelar selamatan di empat penjuru desa (ider bumi). Bersamaan, sejumlah petani yang yang telaj kerasukan siap menjalani ritual Keboan. Mereka berjalan layaknya
kerbau yang sedang membajak sawah. Mereka juga berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan membajak.
Para petani yang menjadi "kerbau" lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
“Semuanya dikerjakan atas inisiatif warga desa dan mereka bahu membahu hingga seluruh acara berjalan dengan lancar. Semangat inilah yang harus di tiru oleh semua pihak,” imbuh Anas.
Ratusan pengunjung dan wisatawan yang mengikuti ritual pun nampak sangat antusias. Salah satunya Yudha Prasetya (37), wisatawan asal Surabaya yang penasaran dengan ritual adat keboan aliyan ini. "Saya penasaran acara ritual ini lengkap mulai budayanya dan ada edukasi juga, ini semua disiapkan warga desa. Salut pokoknya," kata Yudha.
Sekedar diketahui, tradisi kebo-keboan di Banyuwangi berkembang di dua desa. Selain keboan di Desa Aliyan Rogojampi, tradisi keo-keboan juga ditemui di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh. (*)