Bangui (Antara/Reuters) - Sedikit-dikitnya sembilan orang, termasuk seorang pendeta, tewas dan puluhan terluka di ibu kota Republik Afrika Tengah, Bangui, akibat kelompok bersenjata menyerang gereja, kata petugas kamar mayat dan saksi.
Gereja Notre Dame de Fatima diserang dengan tembakan dan granat selama kebaktian pagi, kata saksi, yang memaksa jemaat terjebak melarikan diri melalui lubang, yang dibuat di dinding gereja oleh polisi.
Tidak jelas apakah semua yang dibawa ke Community Hospital tewas dalam serangan gereja itu.
"Penuh kepanikan, beberapa umat Kristen mulai melarikan diri hingga peluru dan granat mulai berjatuhan di pekarangan paroki, menjebak yang tetap tinggal di bangunan itu," kata pendeta gereja itu, Moses Aliou.
Pendeta lain bernama Albert Toungoumale Baba ditembak mati dalam serangan itu, kata Kanselir Keuskupan Agung Bangui, Walter Brad Mazangue. Massa marah sekitar seribu orang berkumpul ketika jasadnya dibawa ke istana presiden sebagai bentuk protes, kata saksi.
Jatidiri kelompok itu tidak diketahui, tetapi serangan itu terjadi di perbatasan lingkungan PK 5 Muslim, yang didominasi Muslim, tempat 21 orang tewas pada bulan lalu ketika misi gabungan oleh pasukan pemelihara perdamaian Amerika Serikat dan pasukan keamanan lokal melucuti keturunan kelompok kriminal hingga pada pertempuran terbuka.
Pendemo yang marah, yang menyalahkan tentara AS karena menembaki warga yang memprotes operasi itu, membawa mayat orang mati ke gerbang MINUSCA.
MINUSCA dan polisi tidak segera tersedia untuk dimintai komentar pada Selasa.
Kekerasan antar-agama ini mengingatkan pada bentrokan di masa lalu di Republik Afrika Tengah, yang belum pulih mulai 2013 ketika sebagian besar pemberontak Muslim Seleka menggulingkan Presiden Francois Bozize pada 2013, memprovokasi pembunuhan pembalasan oleh kelompok-kelompok bersenjata "anti-Balaka", yang sebagian besar diambil dari komunitas Kristen.
Kelompok "pembelaan diri" Muslim bermunculan di PK5, menyatakan melindungi warga Muslim, yang terpusat di sana, terhadap upaya mengusir mereka. (*)