Jakarta (Antaranews Jatim) Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menggandeng Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) untuk mewujudkan lebih banyak desa mandiri di Indonesia.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, mengatakan menyambut baik kepedulian para alumni UGM yang tergabung dalam Kagama untuk mewujudkan desa mandiri di Tanah Air.
"Kunci sukses pembangunan di desa adalah partisipasi masyarakat," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya membuka dialog dengan berbagai elemen masyarakat untuk mendapatkan masukan terkait pengembangan desa-desa mandiri di Tanah Air.
"Dengan dialog bersama lebih banyak kalangan kita mendapatkan feedback mana yang perlu diteruskan dan diperbaiki. Pengawasan sudah lebih bagus. Media bantu sosialisasikan desa-desa yang sukses untuk di-copy, dan partisipasi masyarakat penting sekali,” ujarnya.
Menteri Eko memang terbilang aktif melakukan dialog dengan berbagai elemen masyarakat untuk menyosialisasikan pembangunan desa.
Melalui akun media sosialnya, Eko bahkan rajin mengajak para Pendamping Desa untuk melaporkan hasil pembangunan di desa masing-masing.
"Ini perlu agar publik tahu untuk apa saja Dana Desa dipergunakan. Semuanya harus transparan,” kata Eko.
Sementara itu Sekjen PP Kagama AAGN Ari Dwipayana menyampaikan, kolaborasi antara Kagama dengan Kemendes PDTT adalah untuk mengetahui apa yang harus dilakukan ke depan dalam pembangunan desa, mengingat jumlah dana desa yang dialokasikan ke desa-desa semakin besar.
Menurut dia, dampaknya harus dilihat, seberapa besar dana desa berdampak pada penurunan kemiskinan dan ketimpangan sosial.
"Kita bersama-sama mendorong supaya dana desa yang semakin besar itu bisa memunculkan partisipasi warga sehingga pembangunan desa bisa berkelanjutan dan mandiri. Jadi desa bisa mandiri secara politik, mandiri secara ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan. Tiga kunci pokok itu yakni partisipasi, kemandirian ekonomi, dan kebudayaan yang harus diperkuat,” katanya.
Ia menambahkan, membangun desa tidak sekadar membangun infrastruktur di desa.
Sebab, kata dia, kalau membangun di desa artinya sama dengan orang luar yang membangun desa.
Padahal masyarakat desa memiliki modal sosial yaitu kekuatan masyarakat desa dalam upaya memperkuat, memberdayakan, menggerakan pembangunan di desa, dimana partisipasi masyarakat menjadi kekuatannya.
Anggota DPR RI Komisi II Budiman Sudjatmiko mengatakan, kalau Indonesia mau maju, investasinya pada neuron/otak dan silicon, setelah infrastuktur.
Menurutnya, kesenjangan akan muncul bukan karena orang terlalu miskin tapi karena segelintir orang terlalu produktif dengan mekanisasi.
"Kita dorong Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), lembaga riset Perguruan Tinggi, penggiat desa, kolaborasi kerja sama dengan desa. Beri beasiswa anak desa yang cerdas. Uang ada ditambah kreativitas, di situlah investasi SDM. Dari BUMDDes yang ada, keuntungannya selain untuk pengembangan usaha, dipakai juga untuk beasiswa.Kemudian buat ikatan dinas, anak-anak desa yang cerdas, sekolahkan, mereka akan kelola desa setelah jadi sarjana. Inovasi dan kreativitas, kuncinya,” katanya.
*