Hualien, Taiwan (Antara) - Para penyelamat menyisir reruntuhan gedung-gedung yang roboh pada Rabu untuk mencari 67 orang yang masih hilang setelah gempa bumi kuat merenggut sedikitnya tujuh jiwa dekat Hualien, kota di Taiwan, yang tersohor di kalangan turis.
Gempa bumi yang berkekuatan 6,4 SR, yang terjadi dekat kota di pesisir tersebut sebelum tengah malam (pukul 23.00 WIB) pada Selasa, melukai 260 orang dan menyebabkan empat gedung roboh, kata para pejabat.
Walikota Hualien Fu Kun-chi mengatakan jumlah orang yang hilang sekarang mendekat 60 orang, walau angka pasti belum tersedia. Sebanyak 150 orang pada mulanya dikhawatirkan hilang.
Banyak yang hilang diyakini masih terperangkap di reruntuhan gedung-gedung, setelah gempa bumi terjadi sekitar 22 km di sebelah timur laut Hualien di pesisir timur Taiwan.
Di Hotel Marshal di kota itu, para penyelamat mencoba membebaskan dua orang Taiwan. Satu orang selamat tetapi satu lagi dinyatakan meninggal, kata pemerintah.
Di antara mereka yang terluka adalah warga negara China Daratan, Ceko, Jepang, Singapura dan Korea Selatan.
"Ini gempa bumi terburuk dalam sejarah Hualien, atau sedikitnya dalam 40 tahun terakhir semasa hidup saya," kata sukarelawan Yang Hsi Hua. "Kami tak pernah mengalami hal ini. Kami tak pernah punya gedung roboh jadi orang-orang sungguh takut, kami berlarian ke ruang-ruang terbuka kosong untuk menghindarinya."
Gempa susulan berkekuatan 5,0 bisa terjadi di pulau itu dalam dua pekan mendatang, kata pemerintah. Gempa-gempa susulan dengan kekuatan kecil membuat takut warga.
Warga masyarakat menunggu dan melihat dengan penuh perhatian sementara para pekerja darurat yang berseragam oranye-merah dan mengenakan hem mencari warga yang terperangkap di beberapa blok apartemen.
Hualien berpenduduk sekitar 100.000 orang dengan sekitar 40.000 rumah tanpa pasokan air dan sekitar 1.900 tanpa aliran listrik. Pasokan air kembali mengalir ke hampir 5.000 rumah pada siang sedangkan aliran listrik pulih untuk sekitar 1.700 kepala keluarga.
Para pekerja darurat mengelilingi sebuah gedung berlantai 12 dan rusak parah. Gedung tersebut menjadi pusat usaha penyelamatan.
Para penyelamat sibuk melakukan tugasnya sementara warga memperhatikan dari jalan-jalan yang telah diberi garis pembatas. Yang lainnya berbicara tentang kepanikan yang dialami ketika gempa bumi terjadi, demikian Reuters. (*)