Tulungagung (Antara Jatim) - Petani tembakau di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengaku senang dan bersyukur masih bisa panen kendati mulai turun hujan yang menyebabkan harga bahan baku rokok tersebut cenderung turun sebulan terakhir.
"Masih bisa panen alhamdulillah. Dua musim terakhir mencoba tanam (tembakau) dan selalu gagal," kata Siswanto, petani tembakau di Desa Kendal, Kecamatan Gondang, Tulungagung, Rabu.
Ia bahkan mengaku tidak peduli meski kualitas tanaman tembakaunya tidak terlalu bagus.
Menurut bapak satu ini, panen yang ada sudah cukup mengembalikan biaya modal yang dia keluarkan plus sedikit keuntungan untuk kegiatan tanam selanjutnya.
Mengenai produk tanaman tembakau yang kurang istimewa, Siswanto mengakui hal itu dipengaruhi genangan yang masih terjadi saat awal masa tanam.
"Seharusnya awal tanam kondisi tanah (sawah) sudah kering. Tapi saat itu sawah terlalu banyak suplai air dan merendam beberapa lama, begini jadinya. Kurang bagus," ujarnya.
Siswanto mengaku dua tahun tidak bisa tanam tembakau karena sawahnya terus berair. Kini dengan kualitas tanaman yang dianggap buruk, Siswanto bisa mendapatkan sekitar 2 ton daun tembakau. Siswanto memilih menjual hasil panennya berupa daun, dari pada merajang sendiri.
"Kalau dirajang sendiri butuh biaya dan tenaga yang banyak. Saya pilih menjual daun, langsung bayaran dan tidak perlu repot lagi," kata Siswanto.
Namun karena kualitas tembakaunya dianggap jelek, pedagang menghargainya Rp450 ribu per kuintal, sehingga dari 100 ru sawah Siswanto mendapatkan uang Rp9 juta.
Namun hasil ini masih dipotong biaya buruh petik, rata-rata Rp60 ribu per orang.
"Kalau misalnya ditanami jagung, hasilnya juga tidak sebagus ini. Kalau saya tetap fanatik menanam tembakau," kata Siswato.
Sementara seorang pedagang daun tembakau, Suyadi (51) mengatakan, harga daun tembakau mulai turun.
Saat ini harganya berkisar antara Rp450 ribu hingga Rp600 ribu per kuintal.
Sebulan sebelumnya harganya antara Rp660 ribu hingga Rp700 ribu per kuintal.
"Pokoknya kalau mulai turun hujan, harga daun tembakau panen pohon pasti turun. Beruntung yang bisa panen awal karena harganya sangat tinggi," kata Suyadi.
Lanjut Suyadi, di Tulungagung ada dua jenis tembakau yang banyak ditanam petani, yaitu tembakau jenis gagang rejeb dan gagang sidi.
Gagang sidi banyak diminati karena daunnya lebar-lebar dan tebal.
Gagang sidi juga dianggap lebih tahan penyakit, sedangkan gagang rejeb diminati karena kadar nikotinnya lebih rendah.
"Ada pabrik rokok yang sengaja mencari gagang rejeb karena kandungan nikotinnya yang rendah. Tapi ya itu, barangnya jarang karena kebanyakan yang ditanam gagang sidi," kata Suyadi.
Masih menurut Suyadi, sekarang para petani kebanyakan menjual daun tembakau di pohon.
Namun sekitar tahun 90-an, petani merajang sendiri tembakaunya. Biasanya para petani saling gotong royong untuk menyediakan kebutuhan pengolahan.(*)
Petani Tembakau Tulungagung Bersyukur Masih Bisa Panen
Rabu, 25 Oktober 2017 22:11 WIB
"Pokoknya kalau mulai turun hujan, harga daun tembakau panen pohon pasti turun. Beruntung yang bisa panen awal karena harganya sangat tinggi," kata Suyadi.