Pamekasa (Antara Jatim) - Polres Pamekasan, Jawa Timur, mencegah kemungkinan adanya kerusuhan saat pelaksanaan pemilihan kepala desa (pilkades) serentak di wilayah itu yang akan digelar dalam waktu dekat.
Antisipasi kerusuhan itu dilakukan dengan menggelar simulasi pengamanan tahapan pelaksanaan pilkades di Pamekasan, Sabtu, mulai dari penetapan calon, pendistribusian kotak suara, dan penghitungan suara.
"Simulasi ini sebagai antisipasi kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi dalam pelaksanaan pilkades," kata Kapolres Pamekasan AKBP Nuwo Hadi Nugroho, saat menyampaikan sambutan dalam acara itu di halaman kantor Satuan Lalu Lintas Polres setempat.
Kapolres bersama Wakapol Polres Kompol Harnoto, serta para kepala satuan di lingkungan Polres Pamekasan memantau secara langsung simulasi pengamanan pilkades itu.
Simulasi dimulai dari pelaksanaan pengamanan sebelum pilkades. Dalam simulasi ini, petugas dari Polwan Polres Pamekasan melakukan patroli, pada malam hari pencoblosan dan dilanjutkan dengan situasi pencoblosan atau pemungutan suara.
Proses pemungutan suara kemudian dilakukan hingga penghitungan hasil perolehan suara. Namun, ada pendukung calon kepala desa yang tidak puas, hingga memantik reaksi pendukung lainnya.
Akhirnya terjadi pergerakan massa, dan mereka menuntut agar dilakukan pemungutan suara ulang, karena dinilai proses pelaksanaan pilkades cacat aturan.
Dalam simulasi ini, massa terlihat agresif dan berunjuk rasa ke tempat pemungutan suara (TPS) pilkades. Polisi yang bertugas mengamankan pilkades terlihat berupaya membubarkan massa dan memberi penjelasan bahwa apabila mereka tidak puas dengan hasil pilkades hendaknya diproses secara hukum.
Hanya saja, imbauan petugas tidak diindahkan. Bahkan massa terlihat berdatangan dalam jumlah banyak, sehingga petugas di TPS terpaksa menghubungi Polres Pamekasan untuk meminta bantuan personel.
Dalam hitungan menit, personel bantuan yang terdiri dari Raimas dan Pasukan Anti-Huru Hara (PHH) tiba di tempat pemungutan suara.
Negosiasi antara petugas dengan perwakilan pengunjuk rasa kemudian digelar kembali, namun tidak mencapai kata sepakat, sehingga petugas terpaksa membubarkan paksa aksi pendukung calon kades yang tidak puas itu.
"Tadi ada beberapa kekurangan dalam simulasi dan ini perlu menjadi perhatian kita bersama," ujar Kapolres.
Kekurangan dimaksud antara lain polisi hendaknya tidak menyimpan balas dendam, apalagi melempar kembali barang yang dilemparkan massa.
"Dalam menjalankan tugas di lapangan, polisi harus tenang. Walaupun panas seperti apa, hati harus tetap dingin. Tadi masih ada upaya petugas melempar kembali massa. Yang dilempar kecil, nanti baliknya lebih besar dan akan memancing reaksi massa yang lebih banyak," ujar Kapolres.
Sementara, jumlah personel yang diterjunkan dalam simulasi pengamanan pilkades di Mapolres Pamekasan itu sekitar 200 orang, dari berbagai satuan di lingkungan Mapolres Pamekasan.
Mereka dari berbagai satuan, dengan peran berbeda dalam acara simulasi itu. Seperti sebagai petugas di TPS, Linmas dan massa pendukung calon kepala desa. (*)