Kediri (Antara Jatim) - Capaian imunisasi campak-rubela di Kota Kediri, Jawa Timur, sejak awal program itu dimulai Agustus 2017 mencapai 40 persen dari total sasaran imunisasi 85 ribu anak.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adima mengatakan sasaran peserta imunisasi ini adalah balita usia sembilan bulan sampai 15 tahun. Di Kota Kediri, ada sekitar 85 ribu anak yang menjadi sasaran dari program imunisasi tersebut.
Ia juga mengatakan, program itu sudah berjalan sejak awal Agustus 2017 dan hingga kini capaiannya sudah sekitar 40 persen dari total sasaran 85 ribu anak tersebut. Diharapkan, hingga akhir September 2017, capaian program imunisasi itu bisa hingga 100 persen.
"Capaian saat ini sudah 40 persen dari total sasaran 85 ribu anak. Untuk target memang 95 persen, tapi dari Pak Wali Kota minta 100 persen dan mudah-mudahan bisa tercapai," kata Fauzan di sela pencanangan kampanye imunisasi "Measles rubella" di SD Islam Al Huda, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Kota, Kediri, Jawa Timur, Sabtu.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar meminta orangtua tidak perlu mendengarkan serta meminta mengabaikan beragam isu negatif di luar terkait dengan program imunisasi, salah satunya campak-rubela, sebab program itu demi kesehatan dan masa depan anak-anak.
"Saya meminta seluruh pemangku kebijakan (Bekerjasama) dan tidak perlu mendengarkan isu di luar. Ada isu macam-macam (Disangka haram). Tapi, sudah ada fatwa MUI (membolehkan imunisasi), jadi itu berita tidak benar," katanya.
Ia meminta, partisipasi aktif dari wali murid agar mengizinkan dan mendampingi putra serta putrinya diberi imunisasi campak rubela. Imunisasi itu dilakukan juga demi melindungi anak-anak dari terkena virus yang menyebabkan penyakit tersebut.
Pemberian vaksin tersebut sebagai upaya untuk memutus mata rantai penularan. Pemutusan mata rantai itu bukan hanya pada yang diimunisasi, tapi juga janin pada ibu-ibu hamil. Pencegahan dini terutama pada perempuan sangat penting dilakukan. Untuk rubela, jika ada sel ini di dalam diri perempuan, suatu saat perempuan tersebut hamil dan terjadi reaktivasi, akan terjadi sindrom rubella kongenital. Kondisi ini bisa menyebabkan anak yang dikandung mengalami cacat seperti tuli, penyakit jantung bawaan, bahkan hingga kematian.
"Imunisasi campak-rubela ini dilakukan. Dan, ini belum ada obatnya, tapi bisa ditanggulangi dengan imunisasi. Dengan itu, bisa ditekan angka yang sakit dan ini termasuk penyakit yang komplikasinya bahaya," ujarnya.
Ia juga menambahkan, pemerintah pusat memang menargetkan capaian imunisasi ini bisa sampai 95 persen, namun ia berharap di Kediri bisa sampai 100 persen. Pemerintah kota juga sudah melibatkan berbagai macam unsur demi menuntaskan program itu baik di puskesmas, sekolah, sampai posyandu.
Ia menyebut, sebenarnya pemerintah sudah mencanangkan banyak program imunisasi, seperti polio, hepatitis dan selama ini sudah berjalan lain. Untuk itu, ia berharap ke depan beragam ancaman penyakit pada anak-anak bisa dicegah dengan imunisasi.
Campak adalah salah satu penyakit yang perlu diwaspadai. Begitu juga dari kasus rubela. Hingga kini belum ditemukan obat yang efektif untuk menanganinya, sehingga harus dilakukan pencegahan. Dari data WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia, terdapat 326 ribu kasus sindrom rubella kongenital per tahun di dunia. Sementara di Indonesia, terdapat 5.000 - 6.000 kasus per tahun. (*)