Tulungagung (Antara Jatim) - Tiga orang korban yang terdiri dari masing-masing seorang pemandu lagu,
operator karaoke dan bos atau pemilik kafe karaoke di Kedungwaru,
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur tewas diduga akibat overdosis setelah
pesta oplosan minuman keras bersama dua purel lainnya.
Menurut
keterangan tetangga sekitar lokasi kejadian di Kafe Bengawan, Desa
Bulusari, Kecamatan Kedungwaru bernama Mak Tin, Jumat, ia sempat
mengetahui tiga orang pemilik dan pekerja kafe karaoke menggelar pesta
minuman keras pada Senin (7/8) siang sekitar pukul 11.00 WIB, sehari
sebelum satu persatu korban meregang nyawa.
"Saya tahunya
saat kejadian (diduga pesta minuman keras) mereka beberapa kali keluar
kafe untuk membeli 'tambul' (makanan camilan pendamping minuman keras).
Kondisinya mabuk, saya tahu dari matanya yang merah dan bau alkohol dari
mulut mereka," kata Mak Tin menuturkan kesaksiannya saat dikonfirmasi
wartawan.
Namun minuman keras jenis apa yang dikonsumsi, Mak Tin yang sudah paruh baya itu tidak mengetahuinya.
Lima orang ini mabuk-mabukan sembari bernyanyi gembira di dalam kafe hingga Selasa (8/8) malam.
Selebihnya Mak Tin mengaku tidak tahu pasti kejadian selanjutnya.
Penuturan
saksi lain pemilik warungd ekat kafe Bengawan bernama Mukaji
mengatakan, salah satu pemandu lagu yang selamat diketahui sering keluar
dari kafe ke warungnya dengan kondisi sempoyongan.
Ia
menyebut ada lima orang yang dilihatnya ada di dalam kafe Bengawan
menggelar pesta minuman keras sejak Senin (7/8) siang, yakni Supriyadi
(40), Aziz (25), Pipi (17), Opi (17) dan Anis (17).
Tiga
orang yang disebut terakhir merupakan cewek pemandu lagu (purel) yang
masih di bawah umur, sementara Aziz merupakan operator lagu, dan
Supriyadi sebagai pemilik Kafe Bengawan.
Tiga nama pertama merupakan korban yang tewas secara beruntun. Ajal pertama menjemput Aziz pada Senin (7/8).
"Setelah
pesta bubar, Aziz pulang ke rumahnya di Blitar dalam kondisi lemah.
Selasa malam itu masih katanya menulis status di facebook, tapi keesokan
harinya diketahui sudah meninggal," kata Mukaji.
"Ra iso
nyapo!!! Njleput sak enek-enek-e iki jhon" (Tidak bisa apa-apa. Hancur
lebur semuanya tanpa sisa ini jhon), begitu tulis Aziz dalam akun
facebooknya pada Selasa (8/8) petang pukul 18.01 WIB.
Sementara
Pipi yang juga kondisi lemah diduga OD sempat dibawa ke RS Muhammadyah,
Kecamatan Bandung setelah lebih dulu dibawa ke rumah rekannya di Desa
Nglampir, Kecamatan Bandung.
Sempat mendapat pertolongan
kegawatdaruratan di RS Muhammadyah, Kecamatan Bandung, Pipi akhirnya
menghembuskan nafas terakhir pada Rabu (8/8) pagi, hanya berselang
beberapa jam setelah kabar kematian Aziz.
Sedangkan Supriyadi diketahui masih bisa beraktivitas di rumahnya di Kecamatan Pakel, meski kondisinya lemah.
Menurut keterangan keluarga, kesadarannya seperti hilang dan sulit tidur.
Supriyadi meninggal pada Kamis (10/8) dan dimakamkan di Desa Bulusari, tempat kelahirannya.
Dua pemandu lagu berusia bawah umur lain yang disebut juga ikut pesta minuman keras, Opi dan Anis belum diketahui kondisinya.
Kafe
Bengawan tutup sejak kejadian tersebut. "Yang punya namanya Temi. Saya
juga geram, sejak kejadian itu dia seperti menghilang," ucap Kepala Desa
Bulusari Pramudianto.
Pramu menegaskan, pihaknya akan menutup Kafe Bengawan. Selain itu, Pemdes Bulusari juga berharap kasus ini diusut tuntas.
"Sayang
keluarga korban kurang bekerja sama. mereka menolak otopsi. Jadi
mungkin cukup sulit membawa ke proses hukum," kata Pramu.
Menurut
informasi dari keluarga, istri Supriyadi bekerja di luar negeri.
Sebelum kejadian, Supriyadi baru panen ikan dan menerima pembayaran.
Sedangkan
warga di sekitar Cafe Bengawan menyebut, Supriyadi kerap menggelar
pesta. Biasanya semua pemandu lagu disewa untuk menemaninya.
Supriyadi
dikenal temperamen dan kerap mengamuk di warung tersebut, hingga
merusak perangkat "sound system" maupun memecahkan gelas-gelas.
Kanit Reskrim Polsek Kedungwaru Aiptu Daroji mengatakan masih melakukan penyelidikan.
Sejumlah saksi sudah dimintai keterangan. Namun pihaknya belum bisa menemui pemilik Kafe Brantas. (*)
Diduga Overdosis, Tiga Pemandu Lagu di Tulungagung Tewas
Jumat, 11 Agustus 2017 19:39 WIB
"Sayang keluarga korban kurang bekerja sama. mereka menolak otopsi. Jadi mungkin cukup sulit membawa ke proses hukum," kata Pramu.