Benar memang, saat perjalanan masuk area menuju bendungan, pengunjung akan disapa oleh asap-asap yang muncul akibat pembakaran tumpukan sampah menggunung.
"Sampah-sampah itu berasal dari bendungan yang memang menjadi tempat akhir aliran sampah dari sungai," ucap salah seorang petugas keamanan setempat, Sugito.
Meski demikian, adanya sampah diakuinya tak selalu memberikan efek negatif karena ia mengaku belajar dari sana bagaimana mengelola sampah yang baik dan benar.
Tentu ini terjadi karena Bendungan Sengguruh merupakan bendungan yang terletak di hulu sungai sehingga menjadi terminal pertama sampah kiriman yang kebanyakan berasal dari daerah perkotaan, seperti Kota Batu, Kota Malang dan sekitarnya.
Di bendungan tersebut, terdapat alat-alat berat yang diterjunkan ke dalam aliran air untuk mengangkut sampah-sampah mengendap.
Perlahan, petugas-petugas mengangkatnya ke daratan kemudian membuangnya ke tempat pembuangan akhir.
"Kalau musim penghujan, sampah di sini sangat banyak dari berbagai jenis. Ini karena terbawa aliran yang terakhir berhenti di sini," katanya.
Di sana, sampah yang tertahan di bendungan bisa mencapai sekitar 200 kubik per harinya, sebuah peningkatan yang amat drastis apabila dibandingkan dengan musim kemarau yang hanya mencapai sekitar 30 kubik per hari.
Terlepas dari bendungan yang dikenal sebagai penahan sampah, Ali dan sejumlah rekannya yang kebetulan sedang bertugas di sana menyempatkan untuk melepas penat meski hanya berfoto ria.
Bendungan itu terletak di Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang atau berada 24 kilometer di selatan Kota Malang.
Lokasi Bendungan berada pada bagian hilir pertemuan Kali Brantas dan Kali Lesti dan juga berada pada ujung daerah genangan Waduk Sutami.
Bendungan itu juga sebagai pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 2x14,5 mW.
Pembangunan bendungan dimulai tahun 1982 dan selesai tahun 1989, manfaat lain bendungan sengguruh sebagai kawasan wisata.
"Di sini pemandangannya bagus, tapi memang tidak boleh sembarang orang masuk. Namun terlepas dari itu, tempat ini sangat tepat untuk berwisata sambil belajar," katanya.
Kunjungannya selama satu jam di sana pun dimanfaatkannya untuk melihat dari dekat bagaimana proses pembersihan sampah, kemudian mengenal bendungan dengan fungsi pembangkit tenaga listrik.
"Ke depan, potensi ini harus dikembangkan dan menjadi perhatian agar generasi muda kita mengerti. Apalagi tidak banyak yang memahami fungsi bendungan selain tempat menahan laju air dan tempat rekreasi," katanya. (*)
Video oleh: Fiqih Arfani