Sampang (Antara Jatim) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Sampang, Wisnu Hartono menyatakan, sebanyak 46 dari total 180 desa di wilayah itu rawan kekeringan dan kekurangan air bersih saat kemarau sehingga perlu langkah antisipatif.
"Jumlah desa yang rawan kekeringan ini, tersebar di 12 kecamatan di Kabupaten Sampang ini," ujarnya di Sampang, Madura, Jawa Timur, Kamis.
Wisnu mengemukakan hal ini, menjelaskan hasil pendataan yang dilakukan petugas teknis lapangan dari institusi itu, untuk mengantisipasi kelangkaan air bersih selama kemarau tahun ini.
"Hanya ada dua kecamatan di Sampang ini yang masyarakat tidak pernah mengeluhkan mengalami kelangkaan air bersih saat kemarau, yakni Kecamatan Omben dan Kecamatan Camplong," katanya.
Sedangkan di 12 kecamatan lain, selalu mengeluhkan terjadi kelangkaan air bersih saat kemarau.
Sesuai prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Surabaya, puncak musim kemarau akan dimulai dari Agustus sampai September 2017.
"Juli ini sebenarnya sudah masuk kemarau, akan tetapi, potensi hujan masih diperkirakan tetap terjadi, dengan intensitas ringan hingga sedang," kata Wisnu.
Sementara itu, guna mengantisipasi bencana kekeringan dan kelangkaan air bersih, Kepala BPBD menyatakan telah meminta masing-masing camat untuk melakukan deteksi dini, dengan melakukan pendataan secara faktual mengenai jumlah desa, dan dusun yang rawan berpotensi rawan kekeringan dan mengalami kelangkaan air bersih saat kemarau.
"Kami juga telah mengirim surat ke masing-masing camat di 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Sampang ini," ucap Wisno.
Ia lebih lanjut menjelaskan, Pemkab Sampang juga akan menyiapkan anggaran untuk menyediakan kebutuhan air bersih bagi desa-desa yang nantinya mengalami kekeringan melalui dana tanggap darurat. (*)