Surabaya (Antara Jatim) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya meminta warga Kota Pahlawan itu untuk tidak khawatir terhadap kualitas air yang diproduksi PDAM itu menyusul pemberitaan perihal pencemaran yang terjadi di perairan Kalimas.
Dirut PDAM Surya Sembada Mujiaman, di Surabaya, Selasa, mengatakan sebelum diproduksi menjadi air PDAM, bahan baku air tersebut sudah melalui proses pengolahan.
"Sampai saat ini kualitas air masih memenuhi mutu air minum yang disyaratkan pemerintah," katanya.
Menurut dia, tugas PDAM Surabaya adalah mengelola air yang dibeli dari PT Jasa Tirta. Kalaupun ada pencemaran ataupun racun tertentu, lanjut dia, pihaknya akan melakukan pengaturan agar tercapai kualitas.
"Kami yakinkan masyarakat untuk tetap tenang, kami masih bisa mengendalikan kualitas air," ujar Mujiaman.
Selama ini, kata Mujiaman, beban pengolahan air dari sungai Kalimas untuk bahan baku PDAM, cenderung terus naik. Hal ini dikarenakan sumber baku air yang dipakai PDAM kebanyakan berasal dari sungai tersebut.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk mulai mengubah pola pikir untuk tidak membuang sampah ke sungai. "Beban biaya pengolahan naik karena kami belum berhasil mengubah perilaku masyarakat di hulu untuk tidak membuang sampah sembarangan," ujarnya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi sebelumnya mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga kualitas air sungai di Kota Pahlawan.
Upaya tersebut tidak hanya berupa tindakan pemeliharaan tetapi juga pencegahan yang melibatkan beberapa OPD seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) juga Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (PUBMP) Surabaya.
"Berbagai upaya telah dilakukan oleh dinasnya untuk menjaga kualitas air sungai di Surabaya, di antaranya dengan melakukan pengawasan ketat pada sumber-sumber pencemar yang masuk ke sungai," katanya.
Untuk sumber pencemar ini, Musdiq menyebut prosentase terbesar berasal dari rumah tangga termasuk apartemen sebesar 76 persen, kemudian dari industri sebesar 17 persen dan dari sumber lainnya sekitar 5 persen.
"Limbah domestik menjadi penyumbang pencemaran tertinggi," ujarnya. (*)