Surabaya (Antara Jatim) - Jumlah kecelakaan lalu lintas (laka lantas) selama arus mudik dan balik di wilayah Jawa Timur, yang di dalamnya terdapat "Operasi Ramadniya Semeru 2017" mengalami peningkatan dari 786 kejadian pada tahun 2016 menjadi 873 kejadian di tahun 2017.
"Dibanding tahun 2016 kasus laka di Jatim selama arus mudik dan balik meningkat 87 kasus atau naik 11,07 persen," kata Kabid Humas Polda Jatm Kombes Pol Frans Barung Mangera saat gelar rekapitulasi hasil "Operasi Ramadniya Semeru 2017" di Mapolda Jatim di Surabaya, Rabu.
Jumlah korban meninggal dunia selama operasi tersebut juga mengalami kenaikan sebanyak 33,33 persen dengan 33 korban meninggal dunia akibat laka lantas. Sementara Tuban menjadi daerah dengan angka laka lantas terbanyak di Jatim dengan 65 kasus.
"Wilayah Jatim yang paling banyak angka laka lantas dan korban meninggal dunia masih tetap sama dari tahun ke tahun, yakni di wilayah Tuban, dengan jumlah 13 korban meninggal dunia selama 16 hari pelaksanaan Operasi Ramadniya Semeru 2017," kata Barung.
Untuk posisi kedua jumlah laka lantas terbanyak ada di wilayah Bojonegoro Bojonegoro dengan 53 kasus, Malang 42 kasus, Nganjuk 40 kasus, dan Surabaya 37 kasus.
Secara kualitas, lanjut Barung, korban meninggal dunia kedua paling banyak di wilayah Malang. Bedasarakan data dari Polres Malang tercatat 12 korban meninggal dunia, disusul wilayah Banyuwangi 11 korban, Tulunggagung delapan korban dan Magetan tujuh korban,"
Barung menjelaskan, roda dua atau sepeda motor menduduki angka pertama jenis kendaraan yang terlibat laka lantas. Tercatat selama tahun 2017, sepeda motor yang terlibat laka lantas berjumlah 1.211 atau naik sebanyak 12,13 persen dibanding tahun 2016 yang hanya 1.080.
Barung mengaku belum mengkaji secara mendalam apakah jumlah kenaikan laka di Jatim disebabkan oleh faktor jalan atau "human eror".
"'Traffic Bot' di Indonesia yang berjalan dengan baik yakni milik Polda Jatim. Dengan adanya 'Traffic Bot' dan titik tabraknya, akan dapat dirumuskan dan disimpulkan faktor apakah yang menyebabkan laka lantas itu terjadi," tutur Barung
Secara nasional, Jatim menempati urutan pertama kejadian laka lantas paling banyak. Hal itu dilihat dari penyampaian jumlah angka laka lantas secara real yang terjadi di lapangan. Sementara untuk petugas Polisi di wilayah lain, dia berpendapat kemungkinan belum banyak yang terekapitulasi petugas yang ada di lapangan.
"Kabag Penum Divhumas Polri Martinus Sitompul menyatakan, angka korban meninggal dunia pada saat H+1 Lebaran di Jatim mencapai 50 korban. Tetapi hari ini kita dapati sudah 132 korban yang meninggal dunia. Tidak terlalu jauh data dari Mabes Polri dengan data kita. Angka kecelakaan paling banyak yakni setelah arus balik Lebaran," kata Barung.
Selain angka laka lantas, Barung mengemukakan bahwa tingkat kriminalitas selama Lebaran di Jatim menurun sebanyak 35,23 persen. Dari hasil data "Operasi Ramadniya Semeru 2017", baik kriminalitas seperti curat, cras, curas senjata api (senpi), curanmor dan anirat menurun dari total kasus ditahun 2016 sebanyak 105 kasus sedangkan 2017 menurun menjadi 53 kasus.
"Tiga poin dalam Operasi Ramadniya Semeru 2017 yakni menciptakan rasa aman, tertib dan terkendali. Menyangkut tentang kriminalitas selama operasi dilaksanakan, angka kriminalitas di Jatim menurun sebanyak 35,23 persen," ucapnya.(*)