Jember (Antara Jatim) - Tradisi mudik memang tidak bisa dipisahkan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang merupakan Hari Kemenangan bagi umat muslim, setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Mudik Lebaran merupakan tradisi tahunan yang dilakukan oleh sebagian besar warga di Indonesia yang tinggal jauh dari tempat asalnya, baik mereka sedang bekerja, belajar, atau meninggalkan kampung halaman untuk tujuan tertentu.
Berbagai cara dilakukan untuk pulang menuju ke kampung halaman baik dengan perjalanan darat, laut, dan udara yang sudah direncanakan jauh-jauh hari bersama dengan harapan bisa berkumpul dengan keluarga tercinta untuk bermaaaf-maafan.
Tidak jarang mereka harus menempuh ribuan kilometer dengan berkendara untuk bisa bertemu dengan keluarga tercinta pada hari fitri tersebut, bahkan tidak sedikit pula yang harus tidur di stasiun, pelabuhan, terminal, dan bandara hanya untuk menunggu perjalanan mudik yang sempat tertunda akibat cuaca buruk.
Tradisi mudik dan mengucapkan selamat Idul Fitri tidak tergantikan, meskipun dengan beragam alat komunikasi yang semakin canggih bisa berkomunikasi langsung dengan keluarga. Bahkan orang-orang rela antre, berdesak-desakan, serta macet panjang demi bisa melaksanakan tradisi pulang ke kampung halaman untuk berkumpul keluarga.
Keinginan mudik itu juga dilakukan sejumlah buruh bangunan asal Kabupaten Jember yang sudah beberapa bulan bekerja di Pulau Bali, namun naas harapan suka cita untuk berkumpul keluarga pada saat Lebaran berubah menjadi suasana duka.
Kendaraan yang ditumpangi belasan buruh bangunan itu mengalami kecelakaan menabrak truk tronton bermuatan semen di Kabupaten Jembrana, Bali pada Sabtu (17/6) malam hingga menyebabkan delapan orang meninggal dunia dan lima orang mengalami luka-luka.
Korban yang meninggal dunia yakni Suwari, Ahmad Haris, Faris Aryadi yang merupakan warga Desa Kemiri-Kecamatan Panti, kemudian korban Subagyo, Tohari, Abdul Rozak merupakan warga Desa Suci-Kecamatan Panti, sedangkan Ahmad Zaini dan Jumari merupakan warga Desa Dukuh Mencek-Kecamatan Sukorambi.
Sedangkan korban yang mengalami luka-luka Abu Amin warga Desa Suci-Kecamatan Panti, kemudian Taufik Hidayat, Rizki, Joko, dan M. Ridwan yang merupakan warga Desa Kemiri-Kecamatan Panti.
Suasana duka dan isak tangis keluarga pecah saat jenazah dikeluarkan dari mobil ambulans. Bahkan istri dan anak-anak korban menangis bersahutan dengan kalimat tauhid yang dikumandangkan sejumlah warga di rumah duka tersebut.
"Sebenarnya saya tidak merestui bapak untuk pergi ke Bali menjemput belasan warga Kecamatan Panti dan Sukorambi yang bekerja sebagai tukang bangunan untuk mudik ke Jember," kata Dina Ayu Hartinigsih yang merupakan anak korban Ahmad Haris (kernet dan sopir cadangan kendaraan Isuzu Elf).
Namun, Dina akhirnya merelakan bapaknya untuk pergi ke Bali karena wajah bapaknya yang berseri-seri saat berangkat, apalagi korban sempat berjanji untuk pulang saat berbuka puasa nanti.
Sebelum kecelakaan maut terjadi, Dina sempat berkomunikasi melalui telepon selulernya dengan bapaknya dan meminta untuk dibelikan minuman isotonik di supermarket yang buka 24 jam
Dalam komunikasi tersebut, korban juga menyampaikan kepada anaknya sudah berada di jalan umum Negara Gilimanuk dan akan sampai di Pelabuhan Gilimanuk untuk menyebrang menuju ke Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi.
Ahmad Haris juga sempat berpesan kepada anak pertamanya itu untuk sering ke makam ibunya yang sudah meninggal tiga tahun lalu karena sakit karena Dina jarang mengunjungi makam ibunya.
Dina yang kini menjadi yatim piatu dan harus mengasuh adik-adiknya tidak menyadari kalau itu pesan terakhir bapaknya yang disampaikan sebelum kecelakaan maut merenggut nyawa korban.
Sementara itu keluarga korban yang lain Ahmad Sucipto yang merupakan anak pertama dari Suwari (45) yang menjadi korban meninggal dalam kejadian laka lantas tersebut menuturkan bapaknya sudah sering kali bekerja di luar kota sebagai kuli bangunan, bahkan setiap empat bulan sekali harus bekerja keluar kota meninggalkan anak-anaknya untuk mencari nafkah.
Menjadi pekerja bangunan sudah dilakoni korban sejak sebelum menikah, sehingga anak-anaknya juga memberikan semangat dan dukungan kepada bapaknya dengan pekerjaan tersebut.
Sebelum terjadinya kecelakaan maut tersebut, bapak tiga anak tersebut masih sempat menghubungi anak-anaknya dan menyampaikan akan pulang bersama rombongan pekerja bangunan asal Kecamatan Panti.
"Bapak sempat berpesan untuk menjaga adik-adik dan meminta untuk tidak bertengkar. Bapak janji akan pulang Sabtu atau Minggu dengan membawa oleh-oleh kelengkeng Bali pesanan adik saya Fitri," tuturnya dengan nada suara lirih dan menahan air mata yang hendak menetes.
Ahmad tidak menyangka bapaknya pulang dalam kondisi tidak bernyawa menjelang Lebaran akibat kecelakaan maut tersebut, sehingga ibu dan dua saudaranya kini hanya pasrah atas kejadian itu.
Ia juga kebingungan untuk membiayai sekolah adik-adiknya karena adiknya yang paling kecil Arif Maulana rencananya akan masuk sekolah dasar pada Juli 2017 dan tidak ada lagi penopang hidup yang mencari nafkah bagi keluarganya karena ibunya hanya mengurus rumah tangga.
Delapan jenazah korban kecelakaan maut di Jembrana, Bali tersebut dimakamkan di tempat pemakaman umum desa setempat dan ratusan warga mengantarkan para pekerja bangunan itu ke tempat peristirahatan terakhir.
Santunan Korban Kecelakaan
Delapan korban meninggal dan lima orang yang terluka tersebut berhak mendapatkan santunan dari PT Jasa Raharja yang diberikan kepada ahli warisnya di Balai Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Minggu (18/6).
Dalam penyerahan santuan itu, hadir Wakil Bupati Jember Abdul Muqit Arief bersama Kepala Bagian Klaim PT Jasa Raharja Jawa Timur Yudi Prastowo yang menyerahkan santunan langsung kepada ahli waris korban.
Wabup Abdul Muqit Arif mengawali sambutannya dengan tiga kali mengucapkan "innalillahi wa inna ilaihi rojiun", sebelum menyerahkan santunan kepada ahli waris korban kecelakaan itu.
Ia juga meminta agar keluarga korban mengikhlaskan kepergian orang-orang yang mereka cintai karena tidak satupun orang ingin mengalami musibah dan takdir tidak bisa dihindari karena tidak ada yang tahu kapan ajal menjemput.
"Kami sangat yakin almarhum kembali ke Allah SWT dalam keadaan husnul khotimah (meninggal dunia dalam keadaan baik) dan mohon diikhlaskan," katanya, disambut ucapan 'amin' dari keluarga korban.
Pemkab Jember langsung berkoordinasi dengan pihak jasa raharja terkait dengan santunan korban kecelakaan di Gilimanuk dan alhamdulillah proses pencairan santunan bisa cepat, meskipun hari Minggu.
Atas nama Pemkab Jember dan secara pribadi, Wabup yang biasa dipanggil Kiai Muqit itu mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas kecelakaan yang menyebabkan warga Jember meninggal dunia.
"Saya berpesan kepada keluarga yang ditinggalkan untuk ikhlas menerima ujian yang berat ini dan kami semua berharap kejadian tersebut tidak terulang kembali," tuturnya.
Sementara Kepala Bagian Klaim PT Jasa Raharja Jawa Timur Yudi Prastowo mengatakan setiap ahli waris korban kecelakaan yang meninggal diberikan santunan sebesar Rp50 juta sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan Nomor 16 Tahun 2017 yang berlaku 1 Juni 2017.
Total santunan yang dibayarkan pihak jasa raharja kepada korban senilai Rp400 juta, sedangkan untuk korban luka-luka mendapat jaminan biaya maksimal Rp20 juta, sehingga pihak keluarga korban tidak perlu memikirkan pengobatan untuk korban yang terluka.
Ia menjelaskan jumlah santunan yang dibayarkan PT Jasa Raharja Jawa Timur kepada korban kecelakaan mulai dari Januari hingga Mei 2017 tercatat sebesar Rp117 miliar lebih dan jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu.
"Jumlah santunan kepada korban kecelakaan tahun lalu pada periode yang sama Januari-Mei 2016 tercatat sebesar Rp110 miliar lebih, sehingga ada kenaikan sekitar 6,3 persen dibandingkan tahun ini," ujarnya.
Kecelakaan maut terjadi di jalur mudik menuju Pelabuhan Gilimanuk di kilometer 121-122 di kawasan Hutan Lingkungan Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Pulau Bali, Sabtu (17/6), sekitar pukul 21.00 WITA.
Kendaraan travel Isuzu Elf bernopol S 7485 N yang dikemudikan Ahmad Haris membawa buruh bangunan asal Jember yang hendak mudik ke kampung halamannya bertabrakan dengan truk tronton bernopol DK 9455 WL yang bermuatan semen di Kelurahan Gilimanuk.
Akibat kecelakaan itu, tujuh orang meninggal dunia di lokasi kejadian dan satu orang meninggal di RS Negara, sedangkan lima orang mengalami luka-luka yang masih menjalani perawatan di RS Negara dan sebagian dirujuk di RSD dr Soebandi Jember.
Semua pihak tentu tidak berharap keinginan mudik Lebaran untuk berkumpul keluarga tercinta dengan suka cita berganti dengan suasana duka dan penuh air mata, sehingga para pemudik sebaiknya lebih berhati-hati dalam melakukan perjalanan menuju ke kampung halamannya karena ada keluarga tercinta yang sudah menunggu di rumah untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah.(*)