Kediri (Antara Jatim) - Sebuah jembatan yang menghubungkan Kabupaten Kediri dengan Tulungagung,
Jawa Timur, tepatnya di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri
runtuh setelah diterjang derasnya air sungai.
"Informasi awal runtuhnya sekitar jam 18.15 WIB. Saat ini, tim masih perjalanan ke lokasi," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri Hari Wahyu Jatmiko saat dikonfirmasi di Kediri, Senin malam.
Ia mengaku belum mengetahui dengan persis penyebab jembatan itu runtuh. Namun, ia menduga, karena fondasi jembatan tidak kuat menahan terjangan air.
"Curah hujan cukup tinggi di sekitar Mojo. Tapi, untuk kepastian peyebabnya, kami masih cek ke lapangan. Informasinya di Mojo juga terjadi tanah longsor," katanya.
Jembatan itu adalah jembatan utama yang menghubungkan Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Blitar dari sisi barat sungai. Lokasi jembatan itu juga dekat dengan makam KH Chamim Djazuli atau yang akrab disapa Gus Miek, di Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.
Jembatan tersebut juga satu-satunya jalur di antara dua daerah itu. Aktivitas warga, baik sosial, ekonomi, pendidikan, memanfaatkan jalur tersebut.
Dengan runtuhnya jembatan itu, aktivitas warga menjadi terkendala. Untuk kendaraan besar, seperti roda empat jika ingin ke Tulungagung bisa lewat di timur sungai, sedangkan untuk yang kendaraan roda dua bisa memanfaatkan penambangan di Sungai Brantas.
Namun, sejumlah warga pun enggan untuk memanfaatkan jasa perahu yang melintasi Sungai Brantas, sebab debit air cukup tinggi. Warga yang hendak melintas pun, terpaksa harus memutar haluan, dengan rute yang cukup jauh hingga puluhan kilometer.
Sebelumnya, jembatan di Desa Mondo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri juga rusak. Bahkan, beberapa kali diperbaiki, fondasi jembatan tidak kuat menahan derasnya air kiriman dari lereng Gunung Wilis.
Pembangunan jembatan itu menghabiskan anggaran hingga miliaran rupiah yang diambil dari dana APBD Kabupaten Kediri. Namun, setelah beberapa kali diperbaiki, saat ini jembatan yang juga jalur menuju ke Pondok Pesantren Ploso, Kabupaten Kediri, serta makam Gus Miek di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri itu bisa dimanfaatkan. (*)
"Informasi awal runtuhnya sekitar jam 18.15 WIB. Saat ini, tim masih perjalanan ke lokasi," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri Hari Wahyu Jatmiko saat dikonfirmasi di Kediri, Senin malam.
Ia mengaku belum mengetahui dengan persis penyebab jembatan itu runtuh. Namun, ia menduga, karena fondasi jembatan tidak kuat menahan terjangan air.
"Curah hujan cukup tinggi di sekitar Mojo. Tapi, untuk kepastian peyebabnya, kami masih cek ke lapangan. Informasinya di Mojo juga terjadi tanah longsor," katanya.
Jembatan itu adalah jembatan utama yang menghubungkan Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Blitar dari sisi barat sungai. Lokasi jembatan itu juga dekat dengan makam KH Chamim Djazuli atau yang akrab disapa Gus Miek, di Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.
Jembatan tersebut juga satu-satunya jalur di antara dua daerah itu. Aktivitas warga, baik sosial, ekonomi, pendidikan, memanfaatkan jalur tersebut.
Dengan runtuhnya jembatan itu, aktivitas warga menjadi terkendala. Untuk kendaraan besar, seperti roda empat jika ingin ke Tulungagung bisa lewat di timur sungai, sedangkan untuk yang kendaraan roda dua bisa memanfaatkan penambangan di Sungai Brantas.
Namun, sejumlah warga pun enggan untuk memanfaatkan jasa perahu yang melintasi Sungai Brantas, sebab debit air cukup tinggi. Warga yang hendak melintas pun, terpaksa harus memutar haluan, dengan rute yang cukup jauh hingga puluhan kilometer.
Sebelumnya, jembatan di Desa Mondo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri juga rusak. Bahkan, beberapa kali diperbaiki, fondasi jembatan tidak kuat menahan derasnya air kiriman dari lereng Gunung Wilis.
Pembangunan jembatan itu menghabiskan anggaran hingga miliaran rupiah yang diambil dari dana APBD Kabupaten Kediri. Namun, setelah beberapa kali diperbaiki, saat ini jembatan yang juga jalur menuju ke Pondok Pesantren Ploso, Kabupaten Kediri, serta makam Gus Miek di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri itu bisa dimanfaatkan. (*)