Surabaya (Antara Jatim) - Museum House of Sampoerna (HoS) di Jalan Taman Sampoerna, Surabaya, memamerkan dokumen dinamika perjalanan pers di Indonesia dari masa ke masa, yang berlangsung mulai 14 Februari hingga 30 Maret 2017.
"Kita sajikan dinamika dunia pers melalui lebih dari 20 koleksi media masa, seperti koleksi koran dengan ciri khas berita sesuai dengan eranya," terang Manajer Museum dan Marketing HoS Rani Anggraini di Surabaya, Selasa.
Dalam pameran ini dapat disaksikan sejumlah surat kabar yang pernah terbit di masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Sebutlah "Javasche Courant", "Tjahaja Hindia" dan "De Bedrijfsgids" yang pada masa itu berfungsi sebagai informasi arus perekonomian Hindia Belanda dan Eropa.
Pada era penjajahan Jepang di Indonesia, Rani mengatakan, surat kabar di Tanah Air mengalami sensor ketat karena media menjadi alat propaganda.
"Namun saat Jepang mengalami kekalahan, pers memiliki peran penting bagi masyarkaat Indonesia dalam menginformasikan berita tentang kekalahan Jepang hingga menyiarkan kemerdekaan Indonesia," jelasnya.
Untuk menyajikan koran-koran lawas itu, Museum HoS bekerja sama dengan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA, Kampus STIKOSA – AWS, Dinas Perpustaaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, serta sejumlah kolektor surat kabar, seperti Erwin Dian Rosyidi, Henky Kurniadi dan Nanang Purwono.
Majalah berbahasa Jawa "Penjebar Semangat" sebagai salah satu media perjuangan kemerdekaan Indonesia yang berkantor di kawasan Bubutan, Surabaya dan masih eksis hingga sekarang turut digandeng dalam pameran ini.
"Majalah Penjebar Semangat didirikan oleh dr Soetomo, yang juga tokoh pergerakan nasional pendiri organisasi Boedi Utomo. Diterbitkan pertama kali pada bulan September 1933, hingga kini masih terbit berbahasa Jawa setiap hari Kamis," terang Rani.
Dalam editorial Majalah Penjebar Semangat terbitan pertama sebagaimana dipamerkan di Museum HoS, dr Soetomo menjelaskan, bahasa "Jawa Ngoko" dipakai oleh media ini untuk mengedukasi rakyat agar semangat pergerakan nasionalisme dapat segera tercapai.
"Tahun segitu Bahasa Indonesia masih jarang digunakan dalam pergauran sehari-hari maupun dalam rapat-rapat, apalagi di kalangan masyarakat kebanyakan," imbuh Rani.
Pameran "Pers dari Masa ke Masa" di Museum HoS tak hanya mempertunjukkan penerbitan media masa, melainkan juga sejumlah foto karya jurnalistik koleksi Indonesia Press Photo Service (IPPHOS), yang merupakan kantor berita foto pertama di Indonesia.
Selain itu juga dipamerkan sejumlah perlengkapan jurnalistik yang dipakai oleh wartawan Indonesia dari masa ke masa, seperti mesin ketik, hingga beragam kamera yang berperan penting mengabadikan berbagai momen sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Misalnya, mesin ketika yang dipakai wartawan era 1950-1990. (*)
Video oleh : Hanif N