Jember (Antara Jatim) - Realisasi serapan beras di Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre XI Jember di tingkat petani hingga akhir Desember 2016 mencapai 72,42 persen dari target pengadaan beras kualitas medium sebanyak 75.000 ton setara beras.
"Penyerapan gabah dan beras hingga kini mencapai 54.315 ton atau berdasarkan presentase realisasi serapan sekitar 72,42 persen," kata Kepala Bulog Subdivre XI Jember Khozin di Jember, Kamis.
Menurutnya total serapan tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebanyak 45.000 ton dan tahun 2014 sebanyak 50.000 ton dari target pengadaan beras kualitas medium selama tiga tahun terakhir tetap sebanyak 75.000 ton.
"Sebagian beras sudah digunakan untuk pendistribusian beras untuk program masyarakat pra-sejahtera (rastra) di Jember selama satu tahun ini, sehingga sisa beras yang masih ada di gudang Bulog sekitar 24.000 ton," tuturnya.
Ia mengatakan sebagian penawaran gabah dan beras dari mitra Bulog Jember tidak memenuhi standar, sehingga target pengadaan beras sebanyak 75.000 ton tidak bisa tercapai 100 persen.
"Kalau tidak memenuhi standar sesuai ketentuan, maka pihak Bulog enggan untuk menerimanya dan kami masih menyerap beras dan gabah petani hingga 23 Desember 2016, sehingga realisasi gabah dan beras mencapai hampir 55.000 ton," katanya.
Khozin mengatakan produksi beras di Kabupaten Jember selalu "surplus" dan biasanya stok beras di gudang Bulog Sub Divre XI Jember selalu dikirim ke sejumlah daerah yang membutuhkan beras di luar Pulau Jawa seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur.
Ia mengatakan Bulog Jember mendistribusikan beras sebanyak 2.895 ton atau sekitar 35.000 ton per tahun untuk penerima rastra yang tersebar di 31 Kecamatan se-Kabupaten Jember.
Jumlah rumah tangga sasaran (RTS) yang mendapatkan rastra di Jember sebanyak 192.591 kepala keluarga dan mendapatkan beras sebanyak 15 kilogram untuk masing-masing RTS yang tersebar di 248 desa/kelurahan di kabupaten setempat.
"Sisa stok beras sebanyak 24.000 ton itu akan digunakan untuk distribusi rastra pada tahun depan, bahkan stok tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan warga penerima rastra hingga September 2017," ujarnya menambahkan.
Sementara Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember Jumantoro mengatakan serapan Bulog Jember tidak akan pernah bisa sampai 100 persen sesuai dengan target yang dicanangkan karena harga pembelian pemerintah (HPP) sudah tidak sesuai dengan harga pasar.
"Petugas Bulog akan selalu kesulitan untuk menyerap gabah dan beras petani karena HPP sudah tidak relevan dengan kondisi pasar saat ini, sehingga pemerintah perlu meninjau HPP setiap tahun dan menyesuaikan dengan kondisi harga pasar saat ini," ucap petani asal Kecamatan Arjasa itu.(*)