Jember (Antara Jatim) - Kepala Biro Perencanaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Samsul Widodo mengatakan pihaknya mendorong pengelolaan dana desa untuk pengembangan wisata di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
"Sebenarnya banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan di Kabupaten Jember dengan menggunakan dana desa," katanya di sela-sela menghadiri kegiatan di Kabupaten Jember, Minggu.
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember menggelar "short courses" bertema "Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Menuju Desa Mandiri" dengan menghadirkan pembicara Kepala Biro Perencanaan Kemendesa PDTT Samsul Widodo di aula fakultas setempat, pada 24-25 Desember 2016.
Menurutnya potensi sumber daya manusia di Kabupaten Jember cukup besar dengan jumlah penduduk sebanyak 2,33 juta jiwa dan sebanyak 44,46 persen atau 1,03 juta jiwa merupakan penduduk usia produktif.
"Dari jumlah tersebut, sebanyak 51,93 persen penduduk usia produktif di Kabupaten Jember tinggal di pedesaan dan bekerja di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan," katanya.
Selain potensi sumber daya manusia yang cukup besar, lanjut dia, potensi sumber daya alam di Kabupaten Jember juga tidak kalah bagusnya dengan kabupaten/kota di daerah lain baik itu sektor perkebunan maupun potensi wisata di sejumlah desa," tuturnya.
"Banyak potensi wisata yang seharusnya bisa digarap misalnya perkebunan kopi, kakao, dan tembakau yang bisa menjadi salah destinasi wisata baru yang dikembangkan di desa yang memiliki sentra perkebunan komoditas tersebut, apalagi Jember memiliki Pusat Penelitian Kopi dan Kakao," ujarnya.
Ia menjelaskan tingginya potensi sumber daya alam dan perkebunan di Jember belum mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah setempat.
"Pertumbuhan ekonomi Jember mencapai 6,90 persen dan lebih tinggi dari Jatim yang sebesar 6,55 persen, namun sebesar 34,25 persen dari PDRB merupakan kontribusi dari sektor pertanian atau sebesar Rp36,87 triliun," katanya.
Ia berharap pemanfaatan dana desa di Jember dapat mendukung pengembangan desa wisata dengan memberikan pelatihan kepada masyarakat seperti pembuatan souvenir, pelatihan bahasa asing, pelatihan "tour guide" dan pengelolaan homestay.
"Potensi desa wisata kemudian bisa dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa yang ditunjang pembangunan infrastruktur dasar dalam mendukung pengembangan desa wisata di antaranya meliputi pembangunan jalan, jembatan, fasilitas kesehatan, mck, dan tempat ibadah di desa wisata tersebut," ujarnya.
Samsul berharap alokasi dana desa yang setiap tahun meningkat itu dapat dimanfaatkan oleh desa untuk mengembangkan sektor perekonomian desa setempat dan menggerakkan ekonomi desa dengan membuat destinasi wisata desa baru.
"Kalau dana desa hanya digunakan untuk pembangunan infrastruktur maka uang itu akan habis, namun kalau digunakan untuk memberdayakan masyarakat dengan pengembangan desa wisata, maka desa akan mendapatkan pemasukan dalam mengelola wisata desa itu," katanya menambahkan.
Sementara Direktur Program Universitas Membangun Desa Unej Hermanto Rohman mengatakan dana desa bisa digunakan untuk pemberdayaan masyarakat dan desa melalui pembentukan usaha desa menuju satu desa, satu produk unggulan.
"Ada tiga prinsip dalam pengembangan satu desa satu produk yakni berpikir global bertindak lokal, kemandirian dan kreativitas, dan pengembangan sumber daya manusia," ucap dosen Ilmu Administrasi FISIP Unej itu.(*)