Bojonegoro (Antara Jatim) - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merenggut nyawa 18 warga Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dari 496 penderita sejak 1 Januari lalu, kata Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro Wheny Dyah, di Bojonegoro, Minggu.
Jumlah penderita DBD yang meninggal dunia tahun ini, katanya, lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang hanya tujuh penderita.
Padahal, menurut dia, penderita DBD tidak harus meninggal dunia karena masih bisa diselamatkan sepanjang tidak terlambat dibawa ke rumah sakit (RS).
"Penderita DBD yang meninggal dunia rata-rata kondisinya sudah parah ketika dibawa ke rumah sakit (RS)," tandas dia.
Lebih lanjut ia menjelaskan meningkatnya jumlah penderita DBD juga penderita DBD yang meninggal dunia, tidak lepas musim hujan yang mempercepat perkembang biakan nyamuk "aedes aegypti".
Dari 496 penderita DBD di daerahnya sejak 1 Januari sampai 12 Desember ini merupakan kasus DBD yang ditemukan di daerah padat pemukiman, antara lain, di sejumlah desa di Kecamatan Kota, Dander, Kepohbaru dan Baureno.
"Tapi di wilayah yang tidak padat pemukiman ternyata juga ditemukan ada kasus DBD," ucapnya menambahkan.
Menurut dia, daerahnya belum menetapkan kejadian luar biasa (KLB) dalam menghadapi kasus DBD, walaupun jumlah penderita DBD yang meninggal dunia jauh lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
Penetapan KLB DBD ditetapkan berdasarkan peningkatan jumlah penderita DBD hingga mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Sesuai data tahun lalu tercatat sebanyak 572 kasus DBD, di antaranya, tujuh penderita meninggal dunia.
Menghadapi hal itu, ia mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi penyebaran DBD dengan melakukan gerakan 3 M plus yaitu menguras, mengubur dan menutup, tempat sarang nyamuk.
Lainnya memanfaatkan barang berkas seperti plastik, atau tempat lainnya sehingga tidak memberi kesempatan nyamuk "ades aegypti" berkembang biak karena tempat itu terisi air hujan.
"Pengasapan hanya membunuh nyamuknya. Jentik-jentiknya tidak ikut mati, sehingga gerakan 3 M plus sangat dibutuhkan, untuk bisa membasmi jentik-jentiknya," katanya menegaskan.
Data di Dinkes setempat, pada 2012, jumlah penderita DBD sebanyak 657 warga, di antaranya, empat warga meninggal dunia, sedangkan pada 2013, dengan jumlah penderita 284 warga, di antaranya, enam warga meninggal dunia.
Pada 2014, dengan jumlah penderita 151 warga, di antaranya, tiga warga meninggal dunia, dan pada 2015 dengan jumlah 453 warga, di antaranya, tujuh warga meninggal dunia dan pada 2016 dengan jumlah 572 kasus DBD, di antaranya, tujuh warga meninggal dunia. (*)
18 Warga Bojonegoro Meninggal Akibat DBD
Senin, 12 Desember 2016 12:46 WIB

Seorang petugas Dinas Kesehatan Bojonegoro untuk membasmi nyamuk penyebab DBD. (Slamet Agus Sudarmojo)
"Penderita DBD yang meninggal dunia rata-rata kondisinya sudah parah ketika dibawa ke rumah sakit (RS)," tandas dia.