Situbondo (Antara Jatim) - Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, yang memiliki garis pantai sepanjang sekitar 150 kilometer di jalur pantai utara (pantura), dan beberapa wilayah yang berhadapan dengan Selat Madura dan Selat Bali, memiliki potensi yang bagus di bidang kelautan (kemaritiman).
Sehingga penduduk yang tinggal di wilayah pantai, mata pencahariannya mayoritas dari hasil penangkapan ikan di laut dan juga pengolahan hasil laut atau budi daya biota laut menggunakan keramba jaring apung.
Salah satu desa di Situbondo yang saat ini sudah mendapatkan julukan kampung keramba jaring apung itu adalah Dusun Gundil, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit. Karena warga satu kampung tersebut hampir semuanya menjadi pengusaha maupun pekerja budi daya ikan kerapu dengan menggunakan keramba jaring apung di tengah laut yang berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai.
Budi daya ikan kerapu menggunakan keramba jaring apung kian banyak dimintati, dan bahkan menjadi primadona karena memiliki nilai ekonomi tinggi serta hasilnya banyak diekspor ke luar negeri, salah satunya Hong Kong.
Di kampung keramba jaring apung, ini ada sekitar 30 warga desa setempat menjadi pengusaha budi daya ikan kerapu. Selain itu warga juga menjadi pekerja untuk merawat dan memberi pakan ikan serta menjaganya setiap hari.
Kampung keramba apung di Desa Klatakan ini seolah menjadi ikon budi daya ikan kerapu. Sebab, banyak warga asal luar kota, seperti dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua serta sejumlah daerah lainnya belajar atau studi banding tentang budi daya kerapu menggunakan keramba jaring apung di tempat tersebut.
Kepala Desa Klatakan Yoyok Hermanto mengatakan bahwa budi daya kerapu di salah satu dusun di desanya setiap tahun kian berkembang signifikan. Bahkan membudidayakan kerapu menggunakan keramba jaring apung tersebut sudah menjadi mata pencaharian warga di satu dusun yang berada di wilayah pantai.
"Awal mula budi daya ikan kerapu di Dusun Gundil ini sejak tahun 1999. Dan ketika itu seorang perantau yang mengawalinya, sedangkan warga di sini menjadi pekerja merawat dan memberi pakan ikan," katanya yang juga sebagai pembudidaya kerapu itu.
Setelah dua hingga tiga tahun kemudian, warga setempat yang menjadi pekerja, lambat laun juga berusaha membudidayakannya secara mandiri dan sampai sekarang di Dusun Gundil tercatat sekitar 30 pembudidaya kerapu.
Beberapa waktu lalu, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal pada Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi RI, memberikan bantuan keramba jaring apung untuk pengembangan budi daya ikan kerapu di Situbondo.
Jumlah bantuan pengadaan keramba jaring apung dari Pemerintah Pusat ke Kota Santri ini pada 2016 senilai Rp6,7 miliar, dan dibagi di beberapa titik tempat budi daya kerapu yang menggunakan keramba di laut.
Beberapa titik yang menerima bantuan itu diantaranya di Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, dan di Desa Gumuk, Kecamatan Mangaran.
Bantuan keramba jaring apung dari Kementerian Desa tersebut, tidak lain bertujuan untuk merangsang dan mempercepat pengentasan daerah tertinggal. Dan yang lebih utama adalah bagaimana upaya dari daerah dan masyarakat bisa meningkatkan dan mengembangkan ekonomi di daerahnya.
Tujuan lain bantuan dari Pemerintah Pusat untuk budi daya keramba jaring apung di Situbondo, yakni bagaimana membangun kualitas SDM di daerah tertinggal agar menjadi manusia yang terampil, inovatif dan kreatif serta juga mampu memiliki daya saing.
Salah satu pembudidaya kerapu menggunakan keramba jaringa apung di desa setempat, Ismail Haryono, mengaku membudidayakan ikan kerapu gampang-gampang susah. Karena selain panen kerapu membutuhkan 8 bulan hingga 12 bulan juga membutuhkan modal yang cukup besar untuk pakan ikan.
"Untuk perawatan budi daya ikan kerapu keramba jaring apung sebenarnya cukup mudah, kami hanya memberi pakan satu kali dalam satu hari pada pagi hari saja," katanya.
Menjadi pembudidaya kerapu yang menggunakan keramba jaring apung itu cukup membuat tempat atau keramba dan jaring sebagai rumah ikan agar tidak keluar, sedangkan drum plastik sebagai alat pengapung di tengah laut.
Satu petak keramba jaring apung bisa memiliki 20 kotak tempat budi daya ikan dan dalam satu kotak bisa di isi sekitar 300 ekor ikan kerapu. Jadi setiap petak keramba jaring apung bisa menampung 5.000 hingga 6.000 ikan kerapu.
Ada dua jenis ikan kerapu budi daya keramba jaring apung, yaitu ikan kerapu cantang (hasil persilangan kerapu macan dan kertang) dan kerapu cantik (hasil persilangan kerapu macan dan batik).
Untuk jenis kerapu cantang dapat dipanen setelah 8 bulan hingga 10 bulan, sedangkan jenis kerapu cantik membutuhkan waktu hingga 12 bulan (1 tahun).
Harga kerapu cantik lebih bagus dibandingkan ikan kerapu cantang. Kerapu cantik harganya bisa mencapai Rp150 - Rp160 ribu per kilogram, sedangkan kerapu cantang Rp80 - Rp90 ribu per kilogram.
Kendati kedua jenis ikan kerapu tersebut harganya berbeda, pembudidaya kerapu tetap membudidayakan dua jenis kerapu tersebut, karena harga di pasaran masih bagus, yakni ke Surabaya dan Bali, sedangkan kerapu cantik diekspor ke Hong Kong.
Budi daya daya kerapu juga membutuhkan keahlian, sebab pergantian musim pancaroba kerapkali menyebabkan ikan kerapu sakit sehingga petani ikan kerapu juga harus menggunakan air tawar untuk memulihkannya.
Kendala pembudidaya kerapu saat ini, yaitu mahalnya harga pakan ikan. Karena per 1.000 ikan kerapu membutuhkan pakan 40 kilogram konsentrat setiap harinya, dan total biaya pakan ikan kerapu hingga panen sekitar Rp40 juta hingga Rp50 juta rupiah.
Oleh karenanya, pemerintah daerah setidaknya juga mencarikan solusi untuk menekan tingginya biaya pakan ikan. Karena pakan ikan merupakan salah satu faktor utama dalam menunjang hasil budi daya ikan guna mendapatkan hasil yang maksimal. (*)