Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus berupaya menggali dan menjual kekayaan wisatanya yang dikemas dalam berbagai kegiatan.
Salah satu penawaran wisata yang dibalut dengan kegiatan olahraga (sport tourism) itu adalah "Banyuwangi Ijen Green Run" yang akan digelar pada Sabtu, 3 Desember 2016.
Ajang ini memadukan konsep olahraga lari dengan rute alam bebas (trail run) yang melintasi kaki Gunung Ijen. Kawah Ijen terkenal ke mancanegara sebagai tujuan wisata alam favorit pada dini hari karena ada fenomena api birunya.
Pada ajang lari lintas alam yang pertama kali diadakan di Banyuwangi ini para peserta akan melintasi lereng, suasana perkebunan kopi hingga melewati pemandangan alam persawahan yang hijau. Peserta juga akan menyeberangi sungai yang masih bersih dan asri.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan dengan konsep lari lintas alam ini, pihaknya mencoba menyajikan keindahan alam Banyuwangi yang selama ini masih banyak yang belum tersentuh.
Tidak hanya itu, Banyuwangi juga akan menyuguhkan kekayaan budaya masyarakat yang dimilikinya kepada para pelari, khususnya di kawasan Suku Using atau suku asli Kabupaten Banyuwangi.
Para peserta, kata Anas, juga akan disuguhi buah-buahan yang banyak tumbuh di sekitar lereng Ijen dan berbagai kuliner khas Banyuwangi yang bahan dasarnya berasal dari hasil pertanian di wilayah itu, seperti jagung buah yang saat ini sedang dikembangkan di Perkebunan Kalibendo.
Di tengah perjalanan, peserta juga bisa menikmati aneka buah dan segarnya kelapa muda. "Kita bisa membayangkan betapa asyiknya berolahraga di kaki gunung, lalu menikmati beragam buah di tengah belantara perkebunan," ujar Anas.
Anas menambahkan, tanggal 3 Desember sengaja dipilih karena pihaknya ingin memberikan suguhan yang lengkap kepada para peserta.
Ia menjelaskan, Sabtu (3/12) pagi para peserta berlari menyusuri lereng Ijen. Lalu malam harinya, bisa menyaksikan karnaval budaya yang dikemas dalam Festival Kuwung.
Hari libur yang masih tersisa satu hari pada awal Desember tersebut, yakni pada Minggu (4/12) juga masih bisa dimanfaatkan oleh para pelari dari luar kota untuk menikmati puncak atau Kawah Ijen. Mereka yang ingin menikmati fenomena alam api biru Kawah Ijen masih ada kesempatan untuk mendaki.
Untuk naik ke Kawah Ijen bisa dilakukan peserta setelah melihat karnaval.
Menurut Anas, ajang itu merupakan salah satu contoh perencanaan kalender wisata yang cukup baik dengan tujuan memperpanjang waktu kunjungan sehingga wisatawan bisa lebih lama tinggal di kabupaten paling timur di Pulau Jawa itu.
Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Pemkab Banyuwangi Wawan Yadmadi menjelaskan lomba ini terbagi dalam tiga kategori, yakni kelas 6 KM, 12 KM dan 25 KM.
Tak ada kriteria tertentu untuk bisa mengikuti perlombaan ini. Semuanya bisa mengikuti, baik dari kalangan profesional, komunitas, pehobi, atau penggembira. Untuk bisa mengikutinya, para calon peserta bisa langsung mendaftar melalui website panitia Banyuwangi Ijen Green Run di www.ijenbwigreenrun.com.
"Kami menyediakan hadiah sebesar Rp48 juta," tutur Wawan.
Dia menambahkan, pelaksanaan lomba ini dirancang dengan sangat serius untuk memberikan kenyamanan kepada peserta. Meski medan yang harus dilewati peserta cukup menantang dengan jalur naik turun, para peserta akan mendapatkan perlindungan yang maksimal dari panitia.
Sepanjang rute, panitia telah menyediakan pos-pos kesehatan bagi para peserta yang kemungkinan mengalami kelelahan atau hal-hal lainnya yang tidak diinginkan. Selain itu panitia juga menyiapkan tempat-tempat istirahat di sepanjang rute lari.
Panitia juga menyediakan tenda bagi para peserta yang ingin bermalam di lokasi acara menjelang pelaksanaan Banyuwangi Ijen Green Run.
Hal itu disiapkan bagi peserta, terutama dari luar kota, yang tidak mendapatkan hotel atau penginapan, karena pada ajang-ajang seperti itu biasanya penginapan di Banyuwangi penuh. Mereka bisa bermalam di lokasi acara pada hari Jumat, 2 Desember 2016.
Panitia menyediakan tenda untuk para peserta yang ingin beramalam dengan menikmati suasana camping.
Anas menjelaskan, Banyuwangi Ijen Green Run ini melengkapi ajang sport tourism lain yang digelar Pemkab Banyuwangi selama tahun 2016. Ajang lainnya, antara lain Banyuwangi International BMX, Festival Rafting, Banyuwangi International Run, dan Underwater Festival.
"Kami juga telah lima tahun berturut-turut menggelar International Tour de Banyuwangi Ijen. Bahkan, lomba balap sepeda terbaik di Indonesia ini menjadi salah satu terbaik di Asia versi UCI atau Persatuan Balap Sepeda Internasional," ujar Anas.
Bupati Abdullah Azwar Anas dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa ajang pariwisata olahraga sangat efektif dalam mendongkrak kunjungan wisatan ke kabupaten itu.
Anas mengatakan, terdapat tiga poin pasar yang membuat pariwisata olahraga cukup efektif mendorong kunjungan wisatawan. Pertama, kunjungan dari peserta dalam dan luar negeri yang mengikuti ajang olahraga berbalut wisata tersebut.
Tim yang datang, kata dia, pasti bawa rombongan. Mereka menginap dan berbelanja barang dalam jumlah cukup besar di Banyuwangi.
Kedua, pasar wisatawan penggila olahraga yang datang untuk menyaksikan ajang tersebut digelar. Ia mencontohkan pada ajang balap sepeda internasional, mendorong ribuan para penggila balap sepeda datang ke Banyuwangi.
Bahkan, kata dia, kalau pengunjung tidak memesan hotel jauh hari sebelum pelaksanaan lomba itu dijamin tidak akan bisa mendapatkan kamar.
Ketiga, pasar calon wisatawan yang terkena dampak pemasaran dari ajang sport tourism yang digelar. Saat ajang digelar di destinasi wisata, bakal banyak foto dan cerita yang dibuat oleh peserta, pengunjung, maupun promosi di media sosial serta media massa mengenai keindahan Banyuwangi.
"Misalnya di ajang balap sepeda internasional, ada pebalap yang berfoto di kaki Gunung Ijen. Juga ada foto deretan pebalap melewati ajang menanjak di sana dengan infrastruktur jalan yang mulus. Dan itu disertai foto api biru di Kawah Gunung Ijen. Hal semacam itu jadi pengungkit orang untuk datang. Dan terbukti, di Gunung Ijen sekarang jumlah wisatawan melonjak luar biasa," ujar Anas.
Contoh lain adalah saat penyelenggaraan "Kite and Wind Surfing Competition" di Pulau Tabuhan yang digelar rutin tiap tahun sejak 2014. Aksi para peselancar angin dan peselancar layang difoto dan disebar melalui media sosial dan media massa.
"Bahkan, akun Dubes Australia saat penyelenggaraan selancar layang tahun lalu juga nge-tweet soal kompetisi di Pulau Tabuhan itu. Lalu mulai banyak yang datang ke Pulau Tabuhan, terutama penggemar selancar layang dari luar negeri yang sebelumnya cuma tahu Bali," kata Anas. (*)