Jember (Antara Jatim) - Director of International Relations and Area Studies, Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang, Prof Jun Honna mengatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi hubungan internasional di era globalisasi.
"Pertama, berubahnya hubungan antar-bangsa (nation to nation) menjadi hubungan langsung antar masyarakat lokal (local to local), kedua dari yang semula kontak antar-pemerintah (goverment to goverment) menjadi antar masyarakat sipil (civil society to civil society) dan ketiga bergesernya hubungan yang semata sekedar bisnis menjadi hubungan yang mendasarkan pada kerjasama antar-budaya (bussiness oriented to cultural oriented relationship)," katanya saat memberikan kuliah umum di Universitas Jember, Jawa Timur, Rabu.
Prof Jun Honna juga memberikan kuliah umum berjudul "Reinventing a New Indonesia-Japan Relationship in The Age of Globalism" kepada mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di Lantai III Gedung Rektorat dr R. Achmad.
"Selama 20 tahun yang lalu, hubungan internasional pasti identik dengan hubungan antar-negara dan pemerintahannya. Namun saat ini kita dapat melihat dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan transportasi, maka penduduk sebuah negara dapat melakukan kontak langsung dengan penduduk negara lain," katanya.
Ia mengatakan 13 tahun lalu berkunjung ke Kabupaten Jember belum ada bandara, akses internet masih terbatas, namun kini warga asing bisa semakin mudah melakukan kontak dengan warga Jember.
"Kami mengamati perubahan transformatif dari nation to nation menjadi local to local dalam hubungan internasional membuka lebih banyak kesempatan kerjasama, seperti saat ini Ritsumeikan University memilih bermitra dengan Universitas Jember, bukan tidak mungkin nanti akan berkembang kerjasama antara Jember dengan Kyoto. Hal tersebut didukung dengan adanya kebijakan desentralisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia," ucap dosen mengampu mata kuliah politik dan keamanan Asia Tenggara itu.
Kedua, di era globalisasi, peran negara (goverment) makin berkurang digantikan dengan aktor-aktor non negara (civil society) seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sampai artis.
Jun Honna mencontohkan bagaimana kerjasama pegiat LSM antar-negara lebih efektif menyelesaikan banyak masalah, dibandingkan jika melalui jalur birokrasi, bahkan kehadiran artis yang membawa diplomasi budaya sebuah negara seringkali lebih mudah diterima dan berkembang menjadi populer.
"Berubahnya kesadaran banyak pihak akan pentingnya hubungan yang berlandaskan kerja sama antar-budaya yang mulai menggeser motif bisnis belaka. Dulu orang Jepang ditanya pendapatnya mengenai Indonesia, maka yang terlintas adalah negara dengan potensi sumber daya alam yang melimpah seperti minyak, gas bumi atau kayu yang berpotensi menjadi bisnis," tuturnya.
Jika disebutkan nama Jember, maka yang teringat adalah kedelai edamame, tapi kini mulai berubah karena mulai ada kesadaran bahwa hubungan antar-negara semakin baik jika berlandaskan akan pemahaman budaya masing-masing.
"Oleh karena itu, saya usul kajian hubungan Internasional diubah menjadi Hubungan Global karena kata internasional selama ini identik dengan hubungan yang dilaksanakan oleh pihak negara atau pemerintah saja," katanya.
Sebelum acara kuliah umum berlangsung, terlebih dahulu dilaksanakan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) Universitas Jember yang diwakili oleh Rektor Universitas Jember M. Hasan dengan Prof Jun Honna, yang menjabat sebagai Director of International Relations and Area Studies, Ritsumeikan University, Kyoto.
Penandatanganan MoA sekaligus menandai peluncuran Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) Unej yang merupakan lembaga yang mewadahi penelitian di bidang ilmu sosial dan humaniora. (*)