Surabaya (Antara Jatim) - Produk hasil olahan laut berupa teripang yang dikemas secara baik oleh warga Kota Surabaya diminati pasar ekspor seperti Singapura, Amerika, Korea Selatan dan lainnya.
"Teripang adalah barang bagus betul. Bila tidak pakai MSG atau tanpa pengawet serta di dalam kemasannya tercantum gizinya maka harga akan naik. Eksportir pengolahan ikan banyak di Surabaya," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Nilanto Perbowo di acara road show Pahlawan Ekonomi di lapangan AMD kecamatan Pakal, Minggu.
Pada kesmepatan itu, Nilanto Perbowo berpesan agar produksi olahan laut teripang milik Nurul Hidayati warga Greges, Kalianak, Surabaya bisa dijual ke Singapura. "Dijual saja ke Singapura karena mereka butuh," katanya.
Senada dengan Nilanto, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membenarkan jika produksi Nurul Hidayati diminati warga asing lainnya selain Singapura yakni Amerika dan Korea Selatan.
"Dengan dikemas secara baik maka harga naik. Contohnya teripang. Orang kaya itu tidak peduli harga. Korea dan Amerika saja saat saya kesana mengejar teripang buatan Nurul karena mereka tahu kandungan gizi makanan laut itu sangat tinggi," kata Risma meyakinkan.
Selain meminta agar teripang fish q untuk di ekspor, Nilanto Perbowo di kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa pembangunan Surabaya khususnya sentra ikan cukup bagus dan berkembang.
Nilanto yang mengaku lahir dari kota Pahlawan ini mengaku kaget dengan adanya sentra ikan bulak di Kenjeran yang tidak pernah terfikirkan olehnya.
"Saya kemarin melihat sentra ikan bulak ternyata bagus. Tak pikir gak ada di sini. Sentra Ikan Bulak itu dulu becek bau dan sekarang dirubah jadi bagus dan ada tamannya. Saya berterima kasih sama Pemerintah Kota Surabaya yang menata nelayan jadi lebih baik," katanya.
Peraih juara II Home Industry Pahlawan Ekonomi 2011 dan Best of The Best Home Industry Pahlawan Ekonomi 2013 Nurul Hidayati mengaku senang dengan adanya pelatihan Pahlawan Ekonomi (PE) yang diikutinya.
Produksinya sendiri kini bertambah mulai dari krupuk teripang atau nama latinnya sand sea cucumber/holothuria scabra, krupuk payus hingga yang terbaru roti kering bagelen butter.
"Saya bersama suami (Imam Sholeh) terus mencoba hal yang baru agar dapat memenuhi produksi pasar makanan di Surabaya dan kota lainnya. Hingga kini, kami mengisi produk di Carrefour dan Giant," kata Nurul Hidayati.
Per minggunya, Nurul mengolah teripang untuk memenuhi pasar setiap minggunya mencapai 60-80 kg kering yang didapat dari pengolahan 7-8 kuintal teripang per hari untuk dikeringkan. Pengeringannya pun masih menggunakan sistem konvensional, yaitu dengan sinar matahari.
Dari hasil berbagai produk pengolahan hasil laut yang dibuatnya, Nurul mendapatkan omzet Rp12 juta per minggunya. "Saya memperoleh teripang segar dari 18 nelayan yang kami bina, dan 6 pegawai untuk pengolahan," katanya. (*)