Tulungagung (Antara Jatim) - Seorang seniman dan seorang pengusaha batik lokal di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur tengah berkolaborasi menggarap kerajinan batik lukis kontemporer dengan media untuk menggambar berupa alat tusuk gigi yang diolesi cat pewarna alami di bagian ujungnya.
Koresponden Antara di Tulungagung, Kamis berkesempatan memperhatikan proses pengerjaan batik lukis tusuk gigi yang konon pengerjaannya membutuhkan waktu antara 1-2 bulan per lembar kain batik.
"Batik lukis dengan media alat tusuk gigi ini baru pertama di Indonesia dan bahkan dunia," kata Setyo Hadi, seniman sekaligus pengusaha batik "gayatri" ditemui di balai budaya miliknya di Kelurahan Ketanon, Tulungagung.
Tidak sendiri, Setyo Hadi mengerjakan batik lukis tusuk gigi bersama koleganya yang berlatar belakang murni seniman lukis tusuk gigi, Ardiansyah alias Ardian T-Wool.
Keduanya berkolaborasi membuat kerajinan batik lukis tusuk gigi sejak sebulan terakhir, setelah mereka ditunjuk Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Tulungagung mengikuti pameran dalam rangka Hari Koperasi dan Expo Seni Budaya yang digelar Pemprov Jatim di Surabaya, 10-14 Agustus 2016.
"Kebetulan kami memiliki visi dan orientasi yang sama dalam mengembangkan seni. Mas Setyo Hadi atau Gayatri memiliki instuisi pengembangan batik tulis, saya di lukis dengan media tusuk gigi. Dua hal ini yang kemudian kami kolaborasikan sehingga tercipta batik lukis tusuk gigi," kata Ardian.
Saat ini ada empat produk batik lukis tusuk gigi yang sedang mereka kerjakan berdua, dengan konsep gambar bercerita yang megadopsi falsafah Jawa dan dituangkan dalam aneka purwarupa binatang/makhluk hidup bermotif batik.
Menurut Setyo Hadi, keempat konsep batik hasil karyanya itu masing-masing bertema "ojo dumeh" (jangan takabur/sombong), "cawes-criwis" (banyak bicara tanpa ada bukti), "tan kendat" (jangan berhenti berbuat baik), dan "garang-garing" (berlagak kaya tapi sebenarnya serba kekurangan).
"Setiap konsep memiliki makna yang dikemas dalam gambar bertutur dengan motif khas batik. Kami buat narasi dulu untuk menterjemahkan maksud setiap konsep batik lalu didiskusikan berdua untuk menyamakan persepsi sebelum dituangkan dalam karya batik lukis tusuk gigi," paparnya.
Kendati terobosan produk batik tusuk gigi tergolong baru, Setyo Hadi maupun Ardian T-Woll mengklaim animo pecinta batik cukup antusias.
Indikasi itu menurut Ardian, terlihat dari respon para pecinta batik dan komunitas media sosial di facebook maupun lainnya yang mayoritas memberi apresiasi positif.
"Beberapa sudah ada yang mulai memesan. Namun jujur, kami saat ini ingin fokus menelurkan karya dulu sebelum memproduksinya secarra massal dan kontinyu," kata Ardian.
Hampir sama atau bahkan sedikit di atas karya batik tulis, harga batik lukis tusuk gigi yang dibuat Setyo Hadi dan Ardian T-Wool dipatok seharga Rp1,5 juta hingga Rp5 juta per lembar.
Tingkat kerumitan pembuatan dan orisinalitas karya batik lukis yang menghasilkan warna timbul pada media kain itu menjadi faktor esklusifitas produk yang saat ini hanya ada di Tulungagung tersebut.
"Tapi kami memiliki atensi untuk terus memperkenalkan genre batik lukis tusuk gigi ini ke masyarakat dan pecinta batik di Tulungagung maupun daerah lain dengan menggelar pelatihan membatik secara gratis dan berkala di Dekranasda Tulungagung pada Minggu pagi hingga siang. Alhamdulillah respon masyarakat sejauh ini sangat bagus," ujarnya.
Di Balai Budaya Gayatri sendiri, saat ini sudah ada sedikitnya lima warga yang mayoritas ibu rumah tangga rutin belajar membatik lukis tusuk gigi dengan memberi warna pada pola batik yang dibuat Setyo Hadi dan Ardian T-Wool.
"Kami ajari mereka bertahap agar lebih berani membuat karya batik menggunakan media tusuk gigi, karena pada dasarnya memang mudah asal percaya diri," ujarnya.(*)