Madiun (Antara jatim) - Harga komoditas tembakau di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, anjlok akibat anomali cuaca yang cenderung banyak hujan sehingga membuat petani setempat rugi.
Petani tembakau di Desa Ngale, Suroto, di Madiun, Jumat mengatakan hujan yang sering mengguyur selama musim kemarau membuat petani kesulitan menjemur tembakau hasil panenannya yang sudah dirajang.
"Minimnya sinar matahari tersebut membuat harga tembakau rajang yang dijual petani anjlok karena kondisinya masih basah. Dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk mengeringkan hasil panenan," ujar Suroto kepada wartawan.
Pihaknya mencatat, harga tembakau kering yang sudah dirajang anjlok dari Rp30.000 per kilogram menjadi Rp23.000 per kilogram. Penurunan harga tersebut dipicu kualitas tembakau kering yang kurang bagus. Buruknya kualitas tersebut merupakan dampak dari intensitas waktu penjemuran yang lama karena minim sinar matahari."Petani harus menunggu hingga satu minggu lamanya untuk menanti tembakau hasil panen yang telah dirajang benar-benar kering," kata dia.
Karena rugi, petani terpaksa menjual tembakaunya yang tidak laku di pabrik rokok kepada para tengkulak, meski harganya lebih rendah lagi. Hal itu dilakukan untuk menutup biaya operasional.
"Tembakau yang tidak laku dijual di pabrik rokok terpaksa dijual lagi ke para tengkulak dengan harga hanya Rp5.000 per kilonya," kata dia.
Selain itu, sebagai bentuk protes, banyak petani tembakau di Kabupaten Madiun yang terpaksa menjadikan pohon tembakaunya sebagai pupuk kompos. Hal itu karena daun tembakau yang siap panen telah membusuk akibat terus-menerus terkena hujan
Sementara Ketua Asosiasi Petani Tembakau Kabupaten Madiun Lilik Indarto mengatakan selain harga yang turun, produksi tembakau oleh petani tembakau di Kabupaten Madiun pada tahun ini juga menurun akibat musim kemarau basah yang banyak hujan.
Sesuai data desa setempat, dari 126 hektare lahan tembakau di Desa Ngale, sekitar 90 hektare di antaranya mengalami gagal panen karena tanaman tembakau menguning dan akhirnya membusuk akibat sering terkena hujan. "Padahal setiap hektare lahan bisa menghasilkan 2 ton tembakau kering," ungkap Lilik.
Ia menjelaskan, dari lahan tembakau seluas 126 hektare bisa menghasilkan sekitar 252 ton tembakau kering. Namun, karena 90 hektare lahan tembakau gagal panen, produksi tembakau turun drastis hanya menjadi sekitar 72 ton saja.
Adapun, wilayah di Kabupaten Madiun yang digunakan untuk pembudidayaan tanaman tembakau terdapat di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pilangkenceng, Mejayan, Saradan, dan Balerejo dengan luas lahan lebih dari 276 hektare. Sentra terbanyak terdapat di Desa Ngale, Pilangkenceng.Para petani berharap cuaca segera kembali normal sehingga proses pengeringan tembakau hasil panen dapat maksimal. (*)