Surabaya (Antara Jatim) - Dinas Pendidikan (Disdik) Jatim bekerja sama dengan Kadin Bilateral Jerman untuk mengembangkan "dual system" pada pendidikan kejuruan (SMK) dengan memadukan guru di sekolah dengan pelatih di dunia industri.
"Metode dual system pendidikan kejuruan telah berjalan lama di Jerman," kata Koordinator Program Kerjasama Kadin Trier Andreas Gosche di sela pelaksanaan program 'Ausbildung der Ausbilder' (AdA) di Surabaya, Senin.
Praktiknya, sekolah kejuruan tidak sekadar bekerja sama dengan industri, namun industri terlibat mulai dari penyusunan kurikulum, penyelarasan pelatihan kerja di sekolah dan di industri serta penyediaan tenaga ahli vokasi yang berkualitas baik di sekolah maupun industri.
"Dual system itu mensyaratkan industri terlibat total dalam pendidikan kejuruan. Mereka juga memiliki pelatih siswa magang yang memiliki kemampuan paedagogis sebagaimana guru di sekolah," katanya.
Selain itu, pelatih di industri juga harus dilatih kompetensinya secara pedagogis agar siswa magang tidak pasif. Mereka bisa bekerja sekaligus menjelaskan pola kerja di industri.
"Seperti seorang koki yang bekerja sambil melatih. Dia bisa memasak sambil menjelaskan teknik-tekniknya kepada siswa," kata tenaga ahli IHK Trier itu.
Menurut dia, program AdA merupakan program khusus untuk melatih para pelatih di dunia industri. Permintaan program ini cukup tinggi di dunia internasional, mengingat keberhasilan pendidikan kejuruan di Jerman telah diakui.
"Di Indonesia, program yang diikuti guru SMK sekaligus pelatih di industri ini baru sekali digelar di Jatim. Guru SMK di sekolah dengan pelatih di industri harus memiliki hubungan yang selaras. Itu inti dari pelatihan ini," kata Gosche.
Sementara itu, Kepala Disdik Jatim Dr Saiful Rachman menuturkan dual system pendidikan kejuruan sebagaimana yang telah diterapkan di Jerman akan menjadi rujukan SMK di Jatim.
"Disdik Jatim akan menentukan industri yang akan dijadikan rujukan bagi SMK untuk menyelenggarakan dual system. Ini karena jumlah SMK kita cukup tinggi hingga 1.900 sekolah. Jadi tidak mungkin satu sekolah dengan satu industri," kata Saiful.
Mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini menuturkan langkah ini perlu "payung hukum" yang jelas. "Salah satunya melalui Pergub SMK yang sedang digodok Disdik. Secara umum hal itu akan diatur dalam Pergub SMK," katanya.
Senada dengan itu, Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan Disdik Jatim Dr Hudiyono menambahkan, pelaksanaan program AdA yang pertama ini akan dilakukan dalam empat gelombang.
"Setiap sekolah yang datang sudah siap dengan industri yang akan menjadi partner dalam pelaksanaan dual system pendidikan kejuruan. Memang harus ada dorongan kepada industri agar lebih sadar terhadap penyiapan sumber daya manusia di Jatim," katanya.
Ia menambahkan program ini juga akan menjadi peluang bagi industri untuk memilih calon-calon karyawan yang berkualitas. "Itu sudah berjalan di Jerman. Mereka yang baik langsung dikontrak, yang kurang baik kualitasnya lari ke pasar kerja," katanya. (*)