"Dengan lomba presenter bahasa Jawa, harapan yang pertama, semangat menghidupkan bahasa Jawa agar tidak punah," kata Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih.
Harapan kedua, bagaimana teman-teman tetap guyup meski berbeda bahasa. Ketiga, mahasiswa asing mengerti dan menyenangi budaya dan bahasa yang ada di Indonesia.
Lomba presenter bahasa Jawa tidak hanya diikuti jajaran petinggi universitas baik unit, lembaga, maupun
fakultas saja melainkan juga mahasiswa asing yang menempuh studi di Universitas Airlangga.
Ada empat mahasiswa asing yang mengikuti lomba presenter bahasa Jawa yaitu, Cathrine dari Australia, Yusra dari Turki, Olivia dari Madagaskar, dan Sanju dari Nepal.
Ditemui di sela Perayaan 17 Agustus, Yusra mahasiswa magang asal Turki mengatakan, ini merupakan pengalaman pertamanya berbicara menggunakan bahasa Jawa.
"Bahasa Jawa sangat sulit. Saya telah tinggal di Surabaya selama enam minggu dan akan tinggal sampai Oktober, ini merupakan pengalaman pertama saya mengikuti perayaan kemerdekaan di
Indonesia," katanya.
Sementara itu, Mahasiswa Asing asal Nepal Sanju Kumat Singh juga sangat senang dapat mengikuti lomba tersebut "Ini sangat lucu naskahnya baru saja kami terima hari ini, meskipun kami tidak tahu bahasa Jawa tapi kami tetap berlatih untuk berbicara bahasa Jawa, suaranya terdengar unik jadi saya ingin memperlajari lebih dalam," ujarnya.
Teknis lomba presenter bahasa Jawa ini cukup unik, para peserta baru mendapatkan naskahnya saat akan maju untuk presentasi, sehingga para mahasiswa asing cukup kesulitan dan terbata-bata saat membaca, membuat para penonton yang lain tertawa.
Dalam penilaiannya, ada empat kriteria yang harus dipenuhi yaitu kelancaran, lafal pengucapan, performance, dan gesture tubuh.
Selain lomba presenter Jawa, perayaan 17 Agustus di Universitas Airlangga juga ada lomba lain yaitu, lomba mendayung debhok (batang pisang) dan lomba yel-yel. (*)