Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengakui kebutuhan kebutuhan gula untuk industri di wilayah setempat masih kurang karena seluruh pabrik gula yang ada selama ini hanya mampu memproduksi gula untuk konsumsi.
"Gula untuk produksi industri memang masih kurang sekitar 500 ribu ton," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur M Ardi Prasetiawan kepada wartawan di Surabaya, Senin.
Untuk gula produksi atau gula yang dibutuhkan perusahaan, kata dia, saat ini masih kurang dan belum bisa dicukupi oleh pabrik gula yang ada sehingga dicukupi dengan impor.
"Selama ini luasan lahan tebu di Jatim juga masih kurang dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan gula," ucap mantan Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur tersebut.
Sedangkan, lanjut mantan Penjabat Bupati Mojokerto itu, untuk produksi gula di Jatim saat ini sebenarnya mencapai 1,2 juta ton, dengan nilai konsumsi sebesar 600 ribu ton sehingga masih surplus 600 ribu ton.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Jatim Samsul Arifin menyampaikan bahwa total hasil produksi tebu petani saat mencapai sebanyak 15 juta ton, dan masih kurang sekitar 15 ribu ton lagi.
"Angka tersebut setara dengan 15 ribu hektare lahan," katanya ketika dikonfirmasi usai menemui seribuan massa petani tebu yang menggelar aksinya di Kantor Gubernur Jatim di Surabaya hari ini.
Aksi menolak impor gula di Jawa Timur itu dilakukan dengan berjalan kaki dan orasi dari Gedung DPRD Provinsi Jalan Indrapura menuju Kantor Gubernur di Jalan Pahlawan Surabaya.
"Masuknya gula dari luar negeri membuat petani gula menjerit, karena daya beli masyarakat turun lebih memilih gula impor katimbang gula lokal," ujar ketua umum Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Arum Sabil, di sela aksi.
Massa yang datang ke lokasi membawa tanaman tebu dan mengibarkan bendera merah putih itu berharap Gubernur Jatim Soekarwo menjadi pelopor penolakan gula impor ke Jatim, bahkan Tanah Air sesuai janjinya kepada petani tebu Jatim. (*)