Trenggalek (Antara Jatim) - Jumlah pengunjung wisata mangrove di Pesisir Pantai Cengkrong, Kabupaten
Trenggalek, dalam dua tahun terakhir ini turun sekitar 35 persen akibat
pengelolaan yang buruk, banyak bangunan warung liar, konflik sosial,
serta wahana yang monoton.
"Volume kunjungan wisatawan pada tahun pertama jauh lebih tinggi
dibanding sekarang. Kami estimasikan penurunannya hingga 35 persen,"
kata Ketua Asosiasi Desa Wisata (Asidewi) Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur Heru Dwi usai meninjau objek wisata mangrove di Pantai Cengkrong,
Trenggalek, Jumat.
Pada tahun pertama pengembangan kawasan wanawisata mangrove di
Cengkrong, kata Heru, pada hari libur biasa (Sabtu-Minggu) volume
kunjungan fluktuatif antara 3.000 hingga 5.000 orang per hari.
Sementara pada saat libur sekolah, tahun baru atau Lebaran, jumlah
pengunjung biasanya melonjak drastis hingga belasan ribu orang.
"Saat ini, pada Sabtu-Minggu hanya sekitar 2.000 hingga 3.000 orang
per hari. Rata-rata penurunan karena pengunjung banyak yang kecewa
dengan lokasi yang kurang tertata rapi, sementara andalan pemandangan
hanya mangrove," paparnya.
Menurut Heru, pihaknya sudah merekomendasikan pentingnya penataan
ulang kawasan wanawisata yang menjadi ikon wisata baru di Trenggalek
itu.
Dalam laporan hasil kajiannya yang diserahkan ke Perhutani, kata
Heru, pihaknya menyarankan pentingnya penetapan zonasi, seperti zona
inti konservasi mangrove, zona ekonomi untuk pengembangan warung-warung
wisata, zona ekowisata, zona parkir kendaraan hingga zona edukasi.
"Wisatawan perlu nyaman dan memiliki cukup pilihan berwisata di
sini. Tidak sekedar mengunjungi hutan mangrove lalu pulang. Harus ada
penataan ulang agar Cengkrong ke depan berkembang dengan baik," ujarnya.
Kepala Administratur Perhutani KPH Kediri Maman Rosmantika
mengapresiasi positif hasil kajian maupun rekomendasi tim Asidewi
tersebut.
Melalui serangkaian koordinasi dengan para pihak terkait, Maman
memastikan Perhutani segera menata ulang objek wanawisata yang kini
menjadi salah satu tujuan utama wisatawan tersebut.
"Perhutani sudah menandatangai nota kesepahaman dengan pihak ketiga
untuk membantu menata ulang wanawisata Cengkrong dan Damas, sekaligus
pengembangannya dengan mengedepankan keutuhan serta keasrian ekologi
hutan kelapa maupun mangrove yang ada," kata Maman.
Ia berharap, pengembangan wanawisata di kawasan hutan negara yang
dikelola Perhutani itu bisa menjadi model pengelolaan objek-objek wisata
lain dengan sistem sharing. (*)
Pengunjung Wisata Mangrove Trenggalek Turun
Jumat, 29 Juli 2016 20:00 WIB
"Wisatawan perlu nyaman dan memiliki cukup pilihan berwisata di sini. Tidak sekedar mengunjungi hutan mangrove lalu pulang. Harus ada penataan ulang agar Cengkrong ke depan berkembang dengan baik," ujarnya.