"Kami tampilkan kesenian cokekan. Kesenian ini sudah agak terpinggirkan, karena generasi muda tidak banyak yang mengapresiasi, sehingga kewajiban bagi kami untuk terus mengembangkan," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Kediri Nur Muhyar di Kediri, Kamis.
Ia menambahkan, kesenian cokekan adalah kesenian Jawa, yang menggunakan tenaga yang minimal. Terdapat dua orang penabuh instrument musik dan seorang pesinden. Instrumen musiknya terdiri dari gendang, gong yang terbuat dari bambu serta kecapi.
Sedangkan, untuk lagu-lagu atau gending yang dibawakan terdiri dari gending-gending yang sedang populer pada masa itu. Saat melantukan lagu, terdapat sejumlah warga yang menari, menikmati alunan musik.
Saat ini, kesenian tersebut juga sudah di ambang kepunahan. Namun, pemerintah kota tetap berupaya untuk melestarikan kesenian tersebut, salah satunya dengan menampilkan kesenian itu di hadapan para mahasiswa serta dosen dari luar negeri yang berkunjung ke Goa Selomangleng, Kediri.
Nur mengemukakan, kunjungan mereka bisa banyak dampak positif bagi wisata di Kota Kediri. Para pengunjung asing itu telah berkunjung ke sejumlah daerah, sehingga mereka pun bisa memberikan masukan yang positif demi kemajuan wisata di Kota Kediri.
Terlebih lagi, kunjungan mereka yang fokus era Jawa pertengahan, atau pra modern, yaitu dari Jawa Hindu Budha ke Islam. Kediri juga mempunyai sejarah yang cukup panjang dengan era itu, salah satunya Goa Selomangleng Kediri yang merupakan tempat pertapaan Dewi Kilisuci.
Ia berharap, kunjungan ini adalah awal yang baik dan ke depan akan lebih banyak lagi wisatawan asing yang berkunjung ke Kediri. Saat ini, mereka masih berasal dari 10 negara dengan jumlah personel sekitar 40 orang, sehingga nantinya diharapkan bisa lebih dari jumlah itu.
"Mudah-mudahan ini jadi awal yang baik dan ke depan lebih banyak lagi wisatawan ke Kediri. Kediri nantinya bukan hanya dikenal di level nasional, tapi internasional," ujarnya.
Sementara itu, Emma Stein, salah seorang peserta dalam kegiatan itu mengatakan ia merasa tersanjung dengan sambutan yang menarik ini. Ia pun ikut menari mengikuti alunan tembang yang disajikan dalam kesenian itu.
Emma mengaku belum mengerti tentang lagu-lagu itu, namun rekan yang mengajaknya menari memberikan contoh. Ia pun senang, sebab bisa menari bersama dengan diiringi lagu kesenian itu.
"Saya tidak tahu bagaimana menarinya, tapi ini tidak sulit dan menyenangkan. Saya biasanya tahunya tarian modern," ujarnya. (*)