Bojonegoro (Antara Jatim) - Balai Besar Bengawan Solo melarang warga memanfaatkan Bendung Gerak
Sembayat Bengawan Solo di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sebagai lokasi
wisata karena masih dalam tahap pembangunan.
"Warga yang memanfaatkan Bendung Gerak sebagai lokasi wisata sudah kami larang. Sebab, kalau terjadi sesuatu, tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab," kata Pembantu Pengawas Pengendalian Banjir Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, Irianto, di Bojonegoro, Selasa.
Ia menjelaskan Bendung Gerak Sembayat di Desa Sidomukti, Kecamatan Bungah, pernah dimanfaatkan warga sebagai objek wisata dengan menarik karcis masuk kepada pengunjung Rp2.000 per orang.
Tapi, pemanfaatan Bendung Gerak Sembayat, sebagai lokasi wisata, sekitar dua bulan lalu, dengan mengenakan karcis tanda masuk, hanya berlangsung selama empat hari.
"Setelah kami larang, maka penarikan karcis tanda masuk ke lokasi Bendung Gerak berhenti," ucapnya, menegaskan.
Meski demikian, katanya, lokasi Bendung Gerak Bengawan Solo, sekarang ini masih tetap ramai dikunjungi warga untuk rekreasi.
"Warga yang datang ke lokasi Bendung Gerak Sembayat masih banyak, tapi kami kesulitan melarang," ucapnya.
Menurut dia, pembangunan Bendung Gerak Sembayat, yang dimulai sejak 15 Desember 2011, sekarang ini sudah mencapai lebih dari 95 persen.
"Sesuai jadwal pembangunan Bendung Gerak Sembayat selesai Agustus," jelasnya.
Sesuai data, Bendung Gerak Sembayat, memiliki daya tampung memanjang sekitar 10 juta meter kubik.
Fungsi Bendung Gerak, selain untuk mengatasi "intrusi" (perembesan) air laut, juga untuk mencukupi air irigasi pertanian seluas 800 hektare, dan 3.569 hektare dengan memanfaatkan pompa air.
Air tampungan di Bendung Gerak juga bermanfaat untuk kebutuhan air domestik dan industri sebesar 1.258 meter kubik per detik. Pembangunan Bendung Gerak Sembayat, yang memiliki tujuh pintu itu, dikerjakan konsorsium PT. Waskita Karya (persero), PT Wijaya Karya (persero) tbk, dan PT Brantas Abipraya (persero). (*)
"Warga yang memanfaatkan Bendung Gerak sebagai lokasi wisata sudah kami larang. Sebab, kalau terjadi sesuatu, tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab," kata Pembantu Pengawas Pengendalian Banjir Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, Irianto, di Bojonegoro, Selasa.
Ia menjelaskan Bendung Gerak Sembayat di Desa Sidomukti, Kecamatan Bungah, pernah dimanfaatkan warga sebagai objek wisata dengan menarik karcis masuk kepada pengunjung Rp2.000 per orang.
Tapi, pemanfaatan Bendung Gerak Sembayat, sebagai lokasi wisata, sekitar dua bulan lalu, dengan mengenakan karcis tanda masuk, hanya berlangsung selama empat hari.
"Setelah kami larang, maka penarikan karcis tanda masuk ke lokasi Bendung Gerak berhenti," ucapnya, menegaskan.
Meski demikian, katanya, lokasi Bendung Gerak Bengawan Solo, sekarang ini masih tetap ramai dikunjungi warga untuk rekreasi.
"Warga yang datang ke lokasi Bendung Gerak Sembayat masih banyak, tapi kami kesulitan melarang," ucapnya.
Menurut dia, pembangunan Bendung Gerak Sembayat, yang dimulai sejak 15 Desember 2011, sekarang ini sudah mencapai lebih dari 95 persen.
"Sesuai jadwal pembangunan Bendung Gerak Sembayat selesai Agustus," jelasnya.
Sesuai data, Bendung Gerak Sembayat, memiliki daya tampung memanjang sekitar 10 juta meter kubik.
Fungsi Bendung Gerak, selain untuk mengatasi "intrusi" (perembesan) air laut, juga untuk mencukupi air irigasi pertanian seluas 800 hektare, dan 3.569 hektare dengan memanfaatkan pompa air.
Air tampungan di Bendung Gerak juga bermanfaat untuk kebutuhan air domestik dan industri sebesar 1.258 meter kubik per detik. Pembangunan Bendung Gerak Sembayat, yang memiliki tujuh pintu itu, dikerjakan konsorsium PT. Waskita Karya (persero), PT Wijaya Karya (persero) tbk, dan PT Brantas Abipraya (persero). (*)