Dari awal, PT Industri Kereta Api (PT INKA) yang berada di Kota Madiun, Jawa Timur, telah dapat memproduksi lokomotif, namun kala itu masih berupa lokomotif bertenaga uap.
Seiring dengan perkembangan waktu dan teknologi, PT INKA telah mampu membuat berbagai bentuk lokomotif dan kereta berkualitas, baik untuk keperluan dalam negeri maupun luar negeri.
PT INKA sendiri dulunya merupakan pengembangan dari Balai Yasa Lokomotif Uap yang dimiliki oleh PJKA (sekarang PT Kereta Api Indonesia) yang saat itu memang berlokasi di Kota Madiun.
Semenjak lokomotif uap sudah tidak dioperasikan lagi, maka balai yasa tersebut dialihfungsikan menjadi pabrik kereta api, hingga akhirnya ditetapkan sebagai PT INKA sejak tahun 1981.
Penentuan lokasi dan pendirian pabrik kereta tersebut berdasarkan hasil studi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta pemikiran kebutuhan kereta api di masa mendatang sebagai moda transportasi massal yang efektif dan nyaman.
Produksi pertama PT INKA berupa lokomotif bertenaga uap. Kini, seiring berjalannya waktu, INKA telah menjadi industri manufaktur perkeretaapian yang modern.
Aktivitas bisnis INKA kini berkembang mulai dari penghasil produk jasa perkeretaapian dan transportasi yang bernilai tinggi.
Seperti baru-baru ini, PT INKA telah menggarap lima unit lokomotif tipe DH CC-300 pesanan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan dengan nilai kontrak masing-masing lokomotif sebesar Rp40 miliar. Kontrak tersebut diperoleh pada tahun 2012 dan diserahkan ke Kementerian Perhubungan pada tahun 2014.
Adapun, satu unit lokomotif pesanan tersebut telah dikirim ke Medan, Sumatra Utara, dan akan menyusul kemudian satu unit ke Palembang, Sumatra Selatan. Lokomotif tersebut untuk digunakan sebagai kereta kerja guna mendukung pekerjaan proyek Kementerian Perhubungan di daerah tersebut.
Secara spesifikasi, lokomotif CC-300 memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan lokomotif lainnya seperti tipe diesel elektrik (DE) CC-204, diantaranya dibuat untuk tahan banjir. CC-300 memiliki sistem kelistrikan yang terintegrasi dengan penggerak diesel hidrolik yang diletakkan di bagian atas lokomotif, sehingga kereta tetap dapat melaju meski rel tergenang air setinggi 1 meter.
"Selain itu, lokomotif CC-300 juga memiliki mesin sendiri dan mesin cadangan, sehingga saat digunakan dalam rangkaian kereta api, tidak lagi memerlukan kereta pembangkit," ungkap Senior Manager Secretary, Public Relations, dan CSR, PT INKA, Cholik Mochamad Zam Zam.
Tak kalah dengan lokomotif, INKA juga sedang menggarap rangkaian kereta (train set) untuk kereta eksekutif (K1) dan kereta ekonomi (K3) pesanan dari PT KAI.
"INKA mendapat pesanan KAI pada tahun 2015 berupa empat train set untuk K1. Nilai kontrak totalnya mencapai Rp215 miliar atau masing-masing kereta sekitar Rp4,5 miliar," ujar Direktur Produksi PT INKA, Hendy Hendratno Adji.
Keistimewaan dari K1 tersebut adalah merupakan kereta "New Image" yang memiliki desain berbeda di bagian interior, pendingin udara, dan kaca jendela. Semuanya merupakan buatan asli PT INKA.
"Selain itu, terdapat juga layanan internet gratis dalam kereta dan dilengkapi empat LCD televisi. Tak ketinggalan, untuk meningkatkan layanan keamanan juga dipasang kamera pengintai atau CCTV di setiap kereta," kata dia.
Hendy menambahkan, selain menyelesaikan empat rangkaian kereta eksekutif, saat ini di tahun 2016 PT INKA juga sedang mengerjakan pembuatan lima rangkaian kereta ekonomi (K3) pesanan PT KAI. Kereta-kereta tersebut untuk mendukung angkutan Lebaran tahun 2016.
Di luar lokomotif CC-300 dan K1 "new image" yang baru saja diluncurkan, masih banyak produk lainnya dari INKA yang patut dibanggakan dan mampu bersaing di pasar nasional dan internasional.
Pesanan Luar Negeri
Dari produksi ekspor, PT INKA telah mendapatkan dukungan yang positif dari pemerintah. Hal itu diwujudkan dengan bantuan fasilitas pembiayaan modal dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank (IEB).
Dengan terus menciptakan produk berkualitas, INKA telah memiliki kontrak hingga triliunan rupiah, baik melalui pasar dalam dan luar negeri. Dari luar negeri antara lain datang dari Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Bangladesh, dan Australia.
Dari produksi ekspor, PT INKA telah mendapatkan dukungan yang positif dari pemerintah. Hal itu diwujudkan dengan bantuan fasilitas pembiayaan modal dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank (IEB).
PT INKA terpilih untuk mendapatkan bantuan modal karena proyek kereta pesanan Bangladesh dinilai dapat memperluas dan meningkatkan ekspor Indonesia.
Adapun, alokasi pembiayaan untuk PT INKA adalah senilai 48,7 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp300 miliar. Jangka waktu yang diberikan untuk bantuan modal tersebut adalah hingga 31 Desember 2016. Dana itu nantinya akan digunakan memproduksi kereta pesanan dari Bangladesh yang hingga kini masih dikebut.
Data PT INKA menyebutkan, beberapa proyek di luar negeri telah diselesaikan oleh perusahaan BUMN tersebut. Di antaranya "Freight Wagon" yang dipesan oleh Malaysia dan "Locomotive-GE Lokindo" yang dipesan oleh Filipina.
Kemudian, "Ballast Hopper Wagon" untuk Thailand, "Flat Wagon" dan "Wheel Wagon" untuk Singapura, "Passanger Coach" pesanan Bangladesh, dan "Blizzard Center Sills" serta "Container Wagon Bodies" pesanan Australia.
Dengan kemampuan tersebut, PT INKA diproyeksi memperoleh proyek senilai Rp1,44 triliun pada tahun 2015 dengan sebanyak 48 persen dari total proyek tersebut berkaitan dengan kegiatan ekspor.
Karena alasan itu pula, yang membuat Indonesia Eximbank yakin untuk memberikan fasilitas modal ke PT INKA, dengan harapan dapat memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor nasional.
Di tahun ke depan, PT INKA optimistis nilai kontrak yang diperoleh akan lebih besar lagi. Hal itu semakin mewujudkan bahwa INKA berambisi untuk menjadi besar dan terdepan.
Hal itu dapat terwujud dengan dukungan yang diberikan oleh pemerintah dalam mengembangkan dunia perkeretaapian dalam negeri. (*)