Surabaya, (Antara Jatim) - Perum Bulog mengalokasikan jagung untuk operasi pasar di wilayah Jawa Timur sebesar 200 ton, untuk menekan tingginya harga jagung akibat kelangkaan komoditas itu di pasaran.
Wakil Kepala Perum Bulog Divre Jatim, Dedi Supriady, Selasa mengatakan operasi pasar dilakukan secara serentak mulai akhir Januari 2016 hingga Maret 2016, dan tahap awal untuk wilayah Jatim mendapatkan alokasi 200 ton yang didistribusikan ke Surabaya, Kediri, Malang, Blitar, Pasuruan dan Jember.
"Volume jagung untuk operasi pasar akan ditambah apabila ada permintaan, atau disesuaikan dengan permintaan pasar," kata Dedi di Surabaya.
Ia menjelaskan, kelangkaan jagung di pasaran telah menyebabkan harga jagung tinggi, dan saat ini telah bergerak naik dilevel Rp5.500 per kilogram hingga Rp 6.200 per kilogram, dari awalnya di bawah kisaran Rp4.000 per kilogram.
Oleh karena itu, pada 29 Januari 2016 pemerintah pusat menugaskan Perum Bulog untuk melakukan operasi pasar jagung di empat wilayah yakni Banten, Cirebon Jawa Barat, Semarang Jawa Tengah serta Surabaya Jawa Timur, dengan harga Rp3.600 per kilogram.
"Operasi pasar jagung hanya dikhususkan untuk pengusaha peternakan dan pengusaha makanan ternak, sebab tujuannya untuk stabilisasi harga telur dan daging ayam yang banyak dikonsumsi masyarakat," ucapnya.
Ia menjelaskan, kenaikan harga jagung juga telah dikeluhkan banyak peternak, khususnya peternak kecil, karena menambah ongkos produksi, akibatnya kenaikan ini mendorong terjadinya lonjakan harga telur serta daging ayam yang akan mengancam stabilitas inflasi di Jatim.
"Apabila ini dibiarkan, kenaikan harga jagung akan mengancam kelangsungan industri peternakan terutama peternakan kecil," tuturnya.
Sementara itu, Dedi menjelaskan pemerintah pusat telah menyiapkan total sebanyak 600 ton jagung yang diimpor dari Brazil untuk empat wilayah tujuan operasi pasar hingga Maret 2016.
"Kami berharap dalam pekan ini harga jagung mulai turun, selanjutnya harga telur dan daging juga ikut turun. Karena dengan tingginya harga telur dan daging ayam maka semakin banyak masyarakat kecil yang tidak mampu membelinya," katanya.
Terkait serapan jagung dari petani, Dedi mengaku masih belum bisa melakukan realisasi, karena langkahnya komoditas jagung di pasaran.
"Kita memang mendapat penugasan, namun belum ada petani yang mau menjual jagung kepada Bulog, ditambah Harga Pokok Pembelian jagung juga belum ditentukan pemerintah," tukasnya.(*)