Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota Kitakyushu, Jepang memberikan bantuan hibah berupa
mesin penjernih air kepada Pemkot Surabaya untuk penyediaan air bersih
berkualitas yang siap minum.
"Alat yang mampu mengolah air ledeng menjadi air siap minum hingga
300 liter per jam tesebut merupakan salah satu upaya untuk turut
menciptakan Kota Surabaya sebagai Green City," kata Kepala Divisi
Strategi Lingkungan Internaisonal Kota Kitakyushu Mr. Shinichi Ogata
saat pemberian hibah mesin penjernih air di ruang rapat Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Surabaya, Kamis.
Menurut dia, selama dua tahun Pemkot Kitakyushu melalui JICA (Japan
International Cooperation Agenency) dan Isikawa Engineering melakukan
penelitian tentang kualitas air minum yang dikelola pemerintah daerah.
Cara kerja mesin yang memiliki panjang 1,2 meter dan lebar 1,1
meter ini adalah air yang sebelumnya ditampung dalam tandon kemudian
dipindah ke dalam tabung di dalam mesin dan disinari sinar UV untuk
membunuh bakteri.
Setelah itu, lanjut dia, dipindahkan ke tabung berisi karbon aktif
yang berasal dari arang tempurung kelapa, karbon aktif tersebut berguna
untuk menyerap rasa, warna dan menyaring kotoran.
"Kemudian air dari saringan karbon aktif tersebut disinari lagi dengan sinar UV dan siap untuk diminum," katanya.
Mr. Shinichi menceritakan bagaimana Teluk Dokai di Kitakyushu pada
tahun 1950 tercemar limbah pabrik dan limbah rumah tangga. "Kami Pemkot
Kitakyusu setiap harinya melakukan sosialiasi kepada ibu-ibu rumah
tangga terkait pencemaran yang terjadi," katanya.
Semakin lama, lanjut dia, mereka tersadar dan sempat terjadi protes
terhadap pabrik yang tidak melakukan pengelolaan limbah. Peran dari
para ibu ini yang juga membantu terjaganya kebersihan air di Kitakyusu.
"Saya harap, ibu-ibu yang tergabung di KSU Sarinah juga bisa
melakukan apa yang dilakukan para ibu rumah tangga di Kitakyushu,"
katanya.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya Hadi Mulyono
mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang terjalin selama dua tahun
ini. Ia merasa bantuan dari berbagai stakeholder mampu turut memajukan
Kota Surabaya tak hanya di bidang lingkungan, namun juga di bidang
ekonomi.
"Setelah diadakan penelitian dari Dinas Kesehatan dan Badan
Lingkungan Hidup, air olahan KSU Sarinah ternyata memiliki standar yang
cukup baik untuk air minum dan tak kalah dengan air minum dalam kemasan
yang dijual di pasaran," katanya.
Dengan cara ini, lanjut dia, KSU Sarinah bisa mendapatkan
pendapatan dari memproduksi dan memasarkan air minum dalam kemasan
produksi mereka sendiri.
Ms. Katoka Yatsuka dari Institute Global Enviromental Strategies
menambahkan, apa yang dilakukan di KSU Sakinah ini adalah produksi
pengolahan air dengan sekala kecil.
Harapannya, kerja sama ini akan terus digelar, menilai Kota
Surabaya merupakan Sister City dengan Kota Kitakyushu. "Harapannya, air
produksi KSU ini dapat dikonsumi setiap hari, tak hanya oleh KSU
Sakinah, namun juga seluruh warga kota Surabaya. Ini merupakan salah
satu upaya membantu produksi air minum kota surabaya secara mandiri,"
katanya.
Ketua KSU Sarinah Arien Suryati mengatakan inovasi seperti ini
sudah ditunggu oleh pihaknya sejak lama. Harapannya invoasi ini dapat
turut mendongkrak perekonomian di KSU Sarinah.
"Nantinya, hasil olahan air ini akan dijual sebagai air minum dalam
kemasan 600 ml dan dijual seharga 2.000 rupiah, untuk yang 1,5 liter
dijual seharga 4.000 rupiah, dan untuk kemasan galon akan dijual seharga
8 hingga 9 ribu," katanya. (*)
