Kediri (Antara Jatim) - Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jawa Timur menilai penanganan
terhadap kelompok masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)
berlebihan.
terhadap kelompok masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)
berlebihan.
"Kesigapan pemerintah dan reaksi MUI atas apa yang disebut dengan
Gafatar cenderung berlebihan," kata Koordinator JIAD Jatim Aan Anshori
ketika dikonfirmasi, Rabu.
Ia mengatakan seharusnya penanganan kelompok masyarakat tersebut
harus lebih hati-hati. Terlebih lagi, terkait dengan adanya tudingan
bahwa kelompok tersebut sesat.
"Tudingan kelompok tersebut sesat dan berpotensi mendirikan negara
perlu disikapi secara wajar dan adil. Konstitusi menjamin kemerdekaan
berserikat, berekspresi, dan bahkan kemerdekaan beragama/berkeyakinan,"
paparnya.
Ia mengatakan dalam negara demokrasi yang relatif kondusif seperti
Indonesia, tidak ada alasan bagi negara untuk mengamputasi hak-hak dasar
warga negara tanpa keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Orang tidak bisa diperlakukan sebagaimana kriminal sampai ada vonis
pengadilan.
Ia mencontohkan kejadian yang menimpa dokter Rica dan anaknya yang
masih balita, yang disebut-sebut menjadi pengikut gerakan ini, adalah
individu dewasa yang punya hak untuk melakukan keyakinannya sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang.
"Apa yang salah dengan perempuan ini jika ia memilih dengan sadar
keyakinan politiknya? Justru cara-cara represif rezim Jokowi dan model
otoritarianisme MUI dalam menentukan mana keyakinan keagamaan yang sesat
dan tidak, patut kita kritik," ujarnya.
Ia berharap, adanya klaim sesat itu tidak secara mudah diucapkan.
Misalnya, klaim sesat dari MUI yang menyebabkan ratusan pengungsi Syiah
Sampang dan Ahmadiyah di Transito yang justru menyengsarakan mereka.
Aan justru mempertanyakan adanya organisasi yang saat ini dengan
bebas, yang justru secara nyata mendeklarasikan diri ingin mengganti
Pancasila dengan ideologi agama (Islam), sebagaimana yang diyakini oleh
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Ia menilai, pemerintah dan MUI seakan bungkam dan lumpuh terhadap
organisasi-organisasi tersebut. Untuk itu, ia pun meminta agar
pemerintah lebih bijak terkait dengan penanganan masalah kelompok
masyarakat, salah satunya Gafatar. (*)