Surabaya (Antara Jatim) - Persatuan Pengusaha Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional Indonesia DPC Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Surabaya, menjelaskan bahwa kapal roro seharusnya tidak melayani muatan penumpang maupun barang dengan rute jarak jauh.
"Kapal roro itu bawahnya rata, jadi jika kapal itu terkena ombak satu meter saja maka dia akan bergoyang dan berbahaya karena mudah terbalik, apalagi kapal roro melayani muatan penumpang dan barang, sehingga saya tidak setuju karena memang jelas tidak aman," kata DPC INSA Surabaya, Stenvens H. Lesawengan di ITS Surabaya, Senin.
Ia mengatakan, draf kapal roro kurang lebih 3-4 meter, jika kapal tersebut berlayar dengan rute jarak jauh apalagi melewati Laut Banda, maka kapal bisa bergoyang dan kemungkinan terburuknya bisa membahayakan penumpang.
"Dari tipikal kapal roro ini sudah tidak cocok untuk melayani rute jarak jauh. Apabila dibandingkan dengan kapal cargo kontainer yang bisa masuk dengan draf 7-8 meter, ketika terkena ombak pun tidak akan bergoyang dengan hebat, sehingga ini semata-mata karena teknis," jelasnya.
Kapal roro, lanjutnya sebenarnya didesain sebagai kapal sungai di China yang memiliki sungai panjang, sehingga kapal roro ini cocok berlayar di perairan yang tidak ada ombaknya, bukan di perairan yang memiliki ombak setinggi satu hingga tiga meter.
"Jika saya disuruh menaiki kapal roro, maka saya tidak akan mau, karena tidak aman serta tidak adanya jarak antara penumpang, barang maupun kendaraan, sehingga bisa menimbulkan pergeseran kendaraan dan menyebabkan ketidakseimbangan," ujarnya.
Menurut dia, bercermin pada kasus tenggelamnya KM Wihan Sejahtera, ia menduga bahwa ketidak seimbangan tersebut terjadi karena banyaknya muatan kendaraan, namun untuk kepastian dari penyebab tenggelamnya kapal tersebut, ia menyerahkan ke KNKT yang masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Selain itu, ia menambahkan jumlah armada kapal tahun 2014 sudah mencapai 13 ribu, yang berarti sudah melebihi kapasitas, namun semua kapal dari perusahaan kapal tersebut masih didominasi kapal-kapal tua.
"Sekitar 80 persen galangan kapal itu memiliki kapal tua yang berusia lebih dari 25 tahun, sementara permasalahan kita ini sudah cukup banyak, di antaranya sumber daya manusia di tingkat perwira masih kurang, peralatan juga masih minim, dan sebagainya," tandasnya.
Ia berharap agar para pengusaha tidak memikirkan dari segi bisnisnya saja, melainkan juga memikirkan keselamatan penumpang yang masih dinilai kurang. (*)