Ngawi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi, Jawa Timur, menyalurkan bantuan bagi para korban bencana angin puting beliung yang melanda wilayah Kecamatan Karangjati dan Bringin pada awal musim hujan lalu.
Kepala Pelaksana BPBD Ngawi Eko Heru Tjahyono, di Ngawi, Selasa, mengatakan, jumlah warga penerima bantuan tersebut mencapai 25 orang yang rumahnya roboh dan rusak berat akibat terjangan angin puting beliung.
"Masing-masing korban menerima bantuan sebesar Rp5 juta. Khusus untuk keluarga Mbah Randinem yang merupakan korban meninggal, menerima bantuan Rp10 juta. Yang Rp5 juta merupakan santunan kematian dan sisanya bantuan perbaikan rumah," ujar Eko Heru seusai memberikan bantuan di Kantor Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Ngawi.
Menurut dia, total anggaran yang disalurkan untuk bantuan bencana alam kali ini sebesar Rp130 juta. Bantuan tersebut bersumber dari APBD Kabupaten Ngawi tahun 2015.
"Bantuan ini bersifat untuk meringankan beban warga yang menjadi korban angin puting beliung. Bantuan bukan mengganti kerugian material secara keseluruhan," kata dia.
Ia menjelaskan, sejauh ini sudah tiga kali bencana angin puting beliung melanda wilayah Ngawi sejak memasuki musim hujan. Angin kencang terparah melanda wilayah Karangjati dan Bringin hingga mengakibatkan satu korban jiwa dan 20 rumah roboh.
Korban jiwa tersebut atas nama Mbah Randinem (65) warga Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati. Sedangkan rumah roboh berada di wilayah Karangjati, Bringin, dan juga Ngawi.
Pihak BPBD mengimbau kepada warga Ngawi untuk mewaspadai ancaman angin puting beliung yang mungkin masih terjadi. Apalagi, sebanyak 13 dari 19 kecamatan di Kabupaten Ngawi tergolong daerah rawan bencana angin puting beliung selama musim hujan berlangsung.
Data BPBD Ngawi mencatat, 13 kecamatan yang rawan bencana angin ribut antara lain, Kecamatan Ngawi, Gerih, Ngrambe, Padas, Kendal, Kasreman, Kedunggalar, Bringin, Mantingan, Pitu, Jogorogo, Karangjati, dan Geneng.
Wilayah 13 kecamatan tersebut dinilai rawan karena faktor geografis. Selain itu juga disebabkan karena berkurangnya vegetasi hutan yang berfungsi menghambat kecepatan angin di daerah sekitar.
Untuk itu, BPBD mengimbau warga Kabupaten Ngawi yang berdomisili di daerah rawan bencana tersebut, agar waspada jika curah hujan sedang tinggi. (*)