Malang (Antara Jatim) - Lagislator Kota Malang menyarankan pemkot setempat untuk mengganti nama Masjid Cheng Ho yang berada di kawasan Islamic Center yang segera dibangun di Kecamatan Kedungkandang, kota setempat, dengan nama yang sesuai dengan karakter Malang-an.
Anggota Komisi C DPRD Kota Malang Afdhal Fauza di Malang, Jumat, mengatakan arsitektur bergaya Tiongkok itu sudah diadopsi kota lain, seperti Surabaya dan Pandaan-Pasuruan. Jika Kota Malang ingin membangun masjid yang diproyeksi mampu menarik wisatawan, harusnya mencari desain lain yang lebih bagus, yang ada kedekatan dengan Malangan.
"Saya tidak menolak pembangunan masjidnya, tapi arsitektur dan model bangunannya, kenapa harus ala Cheng Ho, kan bisa model lainnya, kan masih banyak model atau gaya arsitektur lainnya yang lebih kental nuansa lokal Malang-nya," ujarnya.
Menurut dia, pemkot bisa mengajak warga berpartisipasti untuk mendesain asrtitektur masjid yang berada di kawasan Islamic Center, contohnya dengan menggelar lomba desain, karena banyak arsitektur handal Kota Malang yang bisa mengkreasikan bangunan masjid yang unik, namun tetap kental dengan nuansa Islami dan Malangannya.
Ia mengemukakan bisa saja dari sisi sejarah ada perpaduan bangunan modern dan kuno atau yang sesuai dengan karakter Malang. "Saya kira kalau Cheng Ho ya gak tepat sama sekali, apalagi masjid itu dibangun dalam jangka panjang dan ditarget mampu mendongkrak wisata religi di kawasan Islamic Centre," ujarnya.
Mereka yang datang ke Islamic Center, lanjutnya, bisa beribadah sekaligus wisata, seperti Masjid Tiban di Turen, meski tidak gaya Cheng Ho, tapi masyarakat juga minat datang ke sana, bahkan masjid tersebut selalu dibanjiri pengunjung dari berbagai daerah.
Sementara itu anggota dewan lainnya, Salamet tidak mempermasalahkan penamaan masjid yang bakal dibangun di kawasan Islamic Center, namun harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat luas, sebab jika dikhawatirkan akan terjadi hambatan yang bersumber dari masyarakat sekitar.
"Kalau mendengan nama Masjid Cheng Ho, nanti persepsinya beda-beda karena masyarakat muslim di wilayah itu syarat dengan corak santri (NU). Khawatirnya jika ada persepsi yang kurang pas, ditambah dengan beberapa pihak yang sengaja menyampaikan info yang salah, pembangunan bisa terhambat, karena ada penolakan warga," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, Pemkot Malang harus segera sosialisasi agar mendapatkan informasi lengkap dari masyarakat sekitar, apakah mereka setuju atau tidak.
Jika masyarakat tidak sepakat, harus ada alternatif lain, model masjid yang mampu memikat warga sekitar dan Kota Malang, serta memiliki daya tarik bagi wisatawan. Misalnya, model Madinah atau masjid dengan seratus pintu dan sebagainya.
Model masjid Cheng Ho mengemuka pada saat awal rencana pembangunan kawasan Islamic Centre, sekitar dua tahun silam, namun hingga kini belum jelas tentang ihwal pemilihan model itu.
Sebelumnya Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Pengawasan Bangunan (DPUPPB) Dr Jarot Eddy Sulistyo mengatakan karena ada perubahan DED, anggaran yang disediakan untuk pembangunan Islamic Center menyesuaikan dengan kondisi di lapangan, termasuk bentuk bangunannya.
"Dalam DED awal, pembangunan Islamic Center, termasuk Masjid Cheng Ho dianggarkan sebesar Rp115,2 miliar dan sekarang harus disesuaikan karena anggarannya menyusut," kata Jarot.(*)
