Malang (Antara Jatim) - Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) Universitas Brawijaya (UB) Malang, Marquel Dwi Putranto, menjadi model yang berprestasi, meski dirinya merupakan penyandang disabilitas atau tunarungu.
"Saya ingin memberikan yang terbaik dan menjadi inspirator bagi orang-orang di sekitar saya, tak terkecuali para penyandang disabilitas seperti saya," katanya di Malang, Sabtu.
Baginya, tidak ada kata "kiamat" dalam kamus hidupnya, meski dirinya terlahir sebagai anak yang kekurangan secara fisik. "Justru itulah yang menjadi penyemangat saya untuk meraih prestasi," katanya.
Dengan segala keterbatasannya sebagai penyandang tunarungu, berbagai prestasi telah berhasil disabet, antara lain Juara 1 Top Model Black and White, Juara 2 Photogenic Malang 2014, dan Juara 1 Photogenic 2015.
Selain itu, Juara 2 Fashion Sporty Malang, Juara 3 Fashion Show Malang 2013, Finalis Top Model 2013, Juara Harapan Natal di Malang City Point, Finalis Top Model 2015, dan Juara 3 Fashion Show Valentine 2014.
Marquel menekuni dunia model sejak duduk di bangku SMP. Ia bergabung dengan salah satu agency model ternama di kota Malang. Ia pun sama sekali tak ada rasa minder (rendah diri), meski harus bergabung dengan model-model lain yang secara fisik normal.
Ia mengaku salah satu alasan dirinya menjadi seorang model adalah agar dirinya bisa berdiri di depan orang banyak dan memberikan motivasi kepada masyarakat, khususnya anak muda untuk terus berusaha dan berjuang meraih prestasi.
Namun, dengan segudang prestasi yang berhasil ia raih di dunia model, Marquel justru memilih kuliah di jurusan Teknik Informatika dengan harapan ingin memperbanyak ilmu pengetahuan.
"Selain ingin menjadi model, saya juga punya mimpi untuk membuat aplikasi sendiri yang nantinya dapat digunakan membantu masyarakat penyandang tunrungu. Saya ingin semua orang bisa berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, sehingga kita (penyandang tunarungu) bisa berkomunikasi lebih baik," ucapnya.
Dalam proses perkuliahan sehari-hari, Marquel mengaku tidak menemui banyak kesulitan, bahkan cukup lancar.
"Proses perkuliahan juga seperti biasa, tidak ada sesuatu yang menyulitkan kami, sebab kampus juga memfasilitasi mahasiswa yang berkebutuhan khusus seperti kami," tuturnya. (*)