Trenggalek (Antara Jatim) - Masyarakat nelayan di sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Kamis menggelar upacara adat labuh laut sembonyo, sebuah ritual larungan yang rutin mereka gelar setiap tahun pada musim panen ikan.
Berbeda dengan upacara larung sembonyo tahun-tahun sebelumnya, ritual labuh laut kali ini jauh lebih meriah.
Selain melakukan arak-arakan "bucengan" (tumpeng) raksasa yang berisi nasi kuning serta aneka hasil bumi dan makanan dari pusat kota kecamatan hingga akhirnya dilarung ke tengah laut, masyarakat nelayan Prigi juga menggelar aneka hiburan hingga tiga hari tiga malam.
Beberapa pertunjukan seperti atraksi reog, kesenian "tiban" atau dalam bahasa madura dikenal dengan istilah "ojung", hingga hiburan dangdut ikut memeriahkan pagelaran labuh laut sembonyo tersebut.
Puncak acara dihadiri oleh seluruh pejabat daerah setempat, pimpinan kantor Pelabuhan Prigi, hingga jajaran perwira dari Pangkalan Angkatan Laut (Lantamal) Malang.
Emil Elestianto Dardak dan artis Arumi Bachsin yang saat itu memiliki jadwal kampanye di wilayah Watulimo juga tampak memanfaatkan momentum larungan tersebut guna menyosialisasikan pencalonan Emil sebagai Bupati Trenggalek.
"Kegiatan (Sembonyo) tahun ini memang jauh lebih meriah. Jika tahun-tahun lalu nelayan hanya diminta libur sehari selama digelarnya kegiatan sembonyo, kali ini liburnya diperpanjang hingga tiga hari," tutur Darminto, masyarakat nelayan di sekitar Pelabuhan Prigi.
Secara keseluruhan, prosesi larung sesaji gunungan tumpeng berikut aneka hasil bumi ke tengah laut Prigi berlangsung meriah.
Upacara pelepasan dipimpin oleh Bupati Trenggalek, Mulyadi itu disaksikan oleh ribuan warga dari berbagai penjuru daerah.
Tidak hanya dari seputar Trenggalek, banyak wisatawan luar kota yang turut hadir demi menyaksikan prosesi labuh laut yang telah menjadi agenda tahunan tersebut.
Di antara para pengunjung, tidak sedikit yang memanfaatkan kesempatan nonton langsung labuh laut tersebut hingga ke lepas pantai dengan menumpang puluhan kapal nelayan secara gratis.
"Labuh laut ini merupakan bentuk syukur nelayan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkahnya diberi wilayah yang bisa menjadi pemukiman sekaligus tempat mencari penghidupan," kata Kabid Promosi Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, Suparlan.
Tradisi labuh laut itu sendiri menurut Suparlan tidak lepas dari jejak sejarah pembukaan Teluk Prigi menjadi perkampungan nelayan pada masa kerajaan Majapahit.
Jasa seorang tokoh Raden Tumenggung Yudonegoro beserta keluarganya yang melakukan babat alas (hutan) Prigi sehingga berkembang menjadi perkampungan nelayan dan kini menjadi pelabuhan tersebut.
Tradisi labuh laut menjadi ritual rutin yang kini menjadi agenda wisata daerah yang banyak menarik perhatian wisatawan lokal maupun luar daerah.(*)
Nelayan Prigi Gelar Labuh Laut Sembonyo
Kamis, 3 September 2015 18:30 WIB
"Labuh laut ini merupakan bentuk syukur nelayan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkahnya diberi wilayah yang bisa menjadi pemukiman sekaligus tempat mencari penghidupan," kata Kabid Promosi Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, Suparlan.