Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyampaikan bahwa musim kemarau panjang yang berimbas pada kekeringan tidak akan berpengaruh pada target swasembada beras di daerah setempat.
"Meski ada kekeringan, tapi kami bisa pastikan tak akan berpengaruh paa swasembada beras," ujar Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur Wibowo Eko Putro kepada wartawan di Surabaya, Selasa.
Ia mengatakan, kemarau panjang menyebabkan 22.126 hektare lahan persawahan di Jatim mengalami kekeringan, serta 809,1 hektare sudah mengalami puso.
Namun, kata dia, jumlah puso sangat kecil dibandingkan dengan jumlah lahan pertanian di Jatim yang mencapai 1.177.160 hektare.
Menurut dia, masalah kekeringan ini telah tertutupi dengan pola tanam petani yang sudah menyesuaikan dengan cuaca.
Dijelaskannya, di 2014 pada sub ron 1 (Januari–April), Jatim mampu memproduksi 6.261.572 ton gabah kering giling (GKG), di sub ron 2 (Mei-Agustus) memproduksi 4.122.155 ton GKG, dan pada sub ron 3 (September-Desember) produksi mencapai 2.013.322 ton GKG, dengan total produksi mencapai 12.397.094 ton.
"Konsumsi kita sekitar 8 juta ton atau artinya masih surplus 4 juta ton lebih," katanya.
Selain luasan lahan produktif yang jauh lebih banyak dibanding yang mengalami puso, lanjut dia, sistem tanam dan teknologi pertanian juga menjadi faktor tingginya produksi padi Jatim.
"Traktor, pompa air, alat pengering padi, alat pemanen telah diberikan kepada kelompok tani sebagai stumulan untuk meningkatkan produksi padi," ucapnya.
Kendati tidak berpengaruh pada produksi padi, pihaknya tetap berkomunikasi dengan pemerintah pusat untuk mengambil sejumlah langkah kongkret, salah satunya meminta bantuan untuk rencana dibuatkan hujan buatan di Jawa Timur untuk mengisi waduk.
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim Nur Falakhi mengatakan daerah di Jatim yang lahan sawahnya mengalami kekeringan antara lain Mojokerto (8 hektare), Gresik (239 hektare), Bojonegoro (283 hektare) dan Kediri (2,1 hektare).
Kemudian, areal sawah di Magetan (76,5 hektare), Pacitan (28,8 hektare), Lamongan (80 hektare), Sampang (37 hektare), Sumenep (20 hektare), Madiun (9 hektare) dan Ngawi (25,7 hektare). (*)