Trenggalek (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, memberi dispensasi khusus bagi pegawai negeri sipil di lingkungan kerjanya yang ingin merayakan Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan maupun Kelurahan Kelutan, Jumat (24/7).
"Khusus untuk pegawai yang rumahnya menyelenggarakan kegiatan Lebaran Ketupat kami beri dispensasi untuk libur, mengingat mereka punya 'gawe' di rumah masing-masing. Tapi untuk yang lain tetap masuk," kata Kabag Humas Pemkab Trenggalek, Yuli Priyanto, kepada Antara, Rabu.
Kendati tidak memberlakukan cuti khusus atau cuti tambahan bagi pegawai, lanjut Yuli, Pemkab Trenggalek tetap memberi kelonggaran bagi pegawai di masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk ikut merayakan Lebaran Ketupat atau ritual kupatan pada H+8 Idul Fitri 1436 Hijriah tersebut.
Syaratnya, kata Yuli, fungsi layanan masyarakat dan tugas keadministrasian di masing-masing SKPD tetap harus berjalan.
Konsekuensinya, Yuli mengatakan bahwa masing-masing dinas/badan/kantor harus bisa mengatur sift kerja, yakni memberi kesempatan pegawai merayakan Lebaran Ketupat secara bergiliran.
Tujuannya jelas, yaitu supaya fungsi layanan masyarakat dan keadministrasian kantor pemerintahan tidak terbengkalai.
"Kalau sampai ada yang melanggar, tentu akan diberi sanksi berupa teguran ataupun hukuman dalam bentuk lainnya," kata Yuli menegaskan.
Lebaran Ketupat atau tradisi kupatan sesuai jadwal akan digelar pada Jumat (24/7), atau H+8 setelah Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijryiah yang jatuh pada Jumat (17/7).
Lebaran ketupat merupakan tradisi tahunan yang dulunya hanya digelar masyarakat di desa-desa di Kecamatan Durenan, daerah perbatasan Trenggalek dan Tulungagung yang banyak dihuni masyarakat pesantren.
Lebaran ketupat merupakan seremoni perayaan, atau bentuk syukur umat muslim setelah tuntas menunaikan ibadah sunah puasa syawal, terhitung mulai H+2 hingga H+7 Idul Fitri.
Tradisi yang telah berjalan ratusan tahun itu awalnya dikembangkan oleh seorang pemuka agama Islam kharismatik di pesisir selatan Jatim asal Arjosari Pacitan, KH Abdul Masyir atau akrab disapa Mbah Mesir pada pertengahan abad 18 Masehi.
Tradisi itu terus berkembang dan sekarang telah menjalar ke sejumlah daerah lain. Tidak hanya di lingkungan masyarakat Durenan, tetapi juga digelar di sejumlah daerah lain, salah satunya di Kelurahan Kelutan yang diwarnai berbagai kegiatan hiburan sebelum pesta kupatan di rumah-rumah warga. (*)
Trenggalek Dispensasi PNS Rayakan Lebaran Ketupat
Rabu, 22 Juli 2015 17:46 WIB
"Khusus untuk pegawai yang rumahnya menyelenggarakan kegiatan Lebaran Ketupat kami beri dispensasi untuk libur, mengingat mereka punya 'gawe' di rumah masing-masing. Tapi untuk yang lain tetap masuk," kata Yuli kepada Antara.