Jember (Antara Jatim) - Sejumlah perwakilan mahasiswa IKIP PGRI Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis, mempertanyakan status nonaktif kampus setempat oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pertemuan mahasiswa dengan pihak Rektorat IKIP PGRI tersebut berlangsung tertutup, bahkan sejumlah wartawan yang hendak melakukan peliputan pertemuan tersebut tidak diperbolehkan dan dihadang oleh petugas keamanan kampus setempat.
"Kami menuntut pihak Rektor IKIP PGRI untuk segera menyelesaikan persoalan status nonaktif tersebut karena ribuan mahasiswa resah akibat penonaktifan kampus setempat," kata salah seorang mahasiswa yang enggan disebutkan kepada sejumlah wartawan di Jember.
Dengan status nonaktif, lanjut dia, akan berdampak pada nasib seluruh mahasiswa yang sudah dinyatakan lulus akan kesulitan bersaing dalam dunia kerja.
"Kami khawatir jika lulusan IKIP PGRI tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau melamar pekerjaan dengan status IKIP PGRI nonaktif," paparnya.
Para mahasiswa, lanjut dia, memberi waktu kepada pihak Rektorat IKIP PGRI Jember untuk menyelesaikan persoalan itu dalam kurun waktu selama satu bulan.
"Mahasiswa berharap persoalan ini selesai secepatnya, agar mahasiswa yang lulus dan masih kuliah bisa tenang menyelesaikan studi di kampus setempat," ujarnya.
Sementara pihak Rektorat IKIP PGRI Jember enggan memberikan keterangan kepada wartawan.
"Pihak Rektorat tidak berkenan memberikan penjelasan pers terkait dengan penonaktifan IKIP PGRI karena penjelasan sebelumnya dirasa cukup dan tidak perlu dikembangkan lagi melalui media massa," kata perwakilan Humas IKIP PGRI Jember, Nike Agustin.
Berdasarkan laman Dirjen Dikti tercatat status IKIP PGRI Jember nonaktif karena jumlah dosen tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa, termasuk ada laporan akademik yang terlambat.(*)