Siswa Luar Negeri Belajar Musik Daul Madura
Minggu, 17 Mei 2015 6:08 WIB
Pamekasan (Antara Jatim) - Sebanyak 11 orang siswa luar negeri yang merupakan siswa yang ikut dalam program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) belajar Musik Tradisional Daul Madura di Pamekasan, Jawa Timur.
\"Mereka mengaku tertarik dengan musik tradisional Daul, karena jenis musik tradisional ini dianggap unik, serta aset seni budaya tradisional yang sangat digemari masyarakat Madura ini,\" kata pembina Sanggar Putra Meonk Halifaturrahman di Pamekasan, Minggu.
Ke-11 siswa luar negeri yang belajar musik tradisional Daul pada Sanggar Seni Putra Meonk Pamekasan itu merupakan perwakilan dari 11 negara yakni Korea Selatan, Serbia, Vietnam, Slovakia, Fiji, Papua Nugini, Polandia, Jerman, dan Selandia Baru, Thailand dan Filipina.
Menurut Halifaturrahman, siswa asal luar negeri itu tidak hanya belajar musik tradisional daul, tetapi juga sejumlah kesenian tradisional Madura lainnya, seperti seni musik dan seni tari.
\"Mereka juga belajar lagu berbahasa Madura, yang biasa dinyanyikan dalam berbagai pentas musik daul, seperti lagu \'tandhuk majeng\' dan karapan sapi,\" terang Halifaturrahman.
Pria yang juga dosen Fakultas Pendidikan Universitas Madura (Unira) Pamekasan ini menjelaskan, ketertarikan siswa luar negeri untuk belajar musik tradisional daul, karena jenis musik ini memang sering pentas dalam berbagai jenis kegiatan di Indonesia, bahkan ada kelompok musik Daul Pamekasan pernah pentas di luar negeri.
\"Mereka akan ada di Pamekasan selama empat hari dan selama itu pula mereka akan belajar tentang musik tradisional daul ini, dan nampaknya mereka sangat menikmati,\" kata \"Mamang\" sapaan karib mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pamekasan ini.
Musik tradisional Daul merupakan salah satu jenis musik tradisional yang kini digemari masyarakat di Pulau Garam itu.
Jenis musik ini awalnya dikenal sebagai musik \"patrol\", karena biasa dimainkan oleh warga saat hendak patroli keliling desa, pada bulan puasa untuk membangunkan warga makan sahur.
Musik jalanan ini menjadi jenis musik yang populer saat terjadi pemadaman di semua kabupaten di Pulau Madura, akibat kabel listrik dibawah laut putus tersangkut jangkar kapal pada tahun 1990-an.
Saat itu, masyarakat banyak yang memainkan musik Daul tersebut. (*)