Telaga Warba Bekas Pertambangan Menarik Perhatian Warga
Kamis, 14 Mei 2015 18:09 WIB
Tulungagung (Antara Jatim) - Terbentuknya empat telaga dengan warna berbeda-beda di areal bekas pertambangan tembaga di Bukit Puthuk Krebet, Desa Panggung Uni, Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur selama beberapa bulan terakhir telah menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah.
Antara di Tulungagung, Kamis melaporkan, puluhan bahkan ratusan pengunjung tampak meramaikan hamparan bukit yang tandus bekas galian menggunakan sejumlah alat berat tersebut.
Para wisatawan yang kebanyakan remaja itu sebagian memanfaatkan kesempatan untuk berfoto "selfie" di dekat empat telaga yang terbentuk di empat titik lubang bekas galian dengan warna air berbeda-beda, sebagian lain menikmati dari atas puncak bukit.
"Telaga warna ini mulai terkenal sejak ramai perburuan batu akik. Kebetulan di sini, banyak kandungan batu untuk bahan akik khas Tulungagung jenis pirus lazuli," terang Mantan Kepala Desa Panggung Uni sekaligus pemilik lahan, Karyono.
Di kawasan bukit Puthuk Krebet dengan luasan sekitar lima hektare tersebut, ada empat telaga terbentuk di bekas galian tambang tembaga dengan warna berbeda-beda.
Dua telaga berwarna hijau, satu telaga berwarna biru tua, dan satu lainnya berwarna hitam.
Menurut Karyono, perbedaan warna pada keempat telaga itu disebabkan struktur batu di titik-titik bekas galian yang memiliki karakter warna berbeda.
"Di telaga yang berwarna hitam itu ya karena struktur batuannya didominasi warna hitam, demikian pula pada telaga warna biru dan hijau. Dasar kedua telaga memiliki karakter batuan dengan corak dominan warna biru dan hijau, sehingga saat galian terisi air efek warnanya juga berbeda," terangnya.
Dijelaskan, aktivitas penggalian tembaga dengan tujuan ekspor ke Taiwan telah dihentikan sejak 2013, karena investor keberatan dengan aturan pemerintah yang mengharuskan pengiriman bahan mineral batuan setengah jadi.
Sejak aktivitas pertambangan tembaga dihentikan itulah kawasan tersebut seperti terbengkalai tidak terurus sehingga empat titik bekas galian dengan luasan bervariasi terisi air dan terbentuklah telaga warna yang oleh warga setempat diberi nama Telaga Warna Pirus Lazuli, sesuai jenis batuan yang banyak digunakan untuk bahan baku batu akik.
"Selain menjadi obyek wisata baru, banyak pengunjung yang datang ke sini sekedar mencari bahan baku batu akik jenis lazuli. Kami perbolehkan, tapi hanya sebatas mengais bongkahan batu bekas galian. Tidak boleh menggali lagi karena bisa membuat situasi penambangan menjadi liar dan tidak terkendali," ujarnya.
Sementara itu, sejumlah pengunjung telaga warna mengaku takjub dengan perbedaan efek warna pada permukaan keempat telaga di atas bukit Puthuk Krebet tersebut.
Beberapa dari mereka bahkan berharap destinasi wisata baru itu dilestarikan pemerintah daerah dengan membangun akses jalan serta lokasi peristirahatan bagi wisatawan yang datang.
"Akan semakin bagus kalau di sini dikelola lebih baik. Apalagi jika areal lahan di sekitar telaga warna direklamasi lagi sehingga menjadi kawasan hijau," ujar Nanda, salah satu wisatawan lokal asal Pare, Kediri. (*)