Korban Gempa Nepal 6.100 Orang, Rekonstruksi Perlu 2 Miliar Dolar
Jumat, 1 Mei 2015 12:44 WIB
Kathmandu (Antara/Reuters) - Jumlah korban tewas akibat gempa di Nepal hingga Jumat bertambah menjadi 6.100 orang, sementara korban selamat belum kembali ke rumah mereka karena masih terjadi beberapa gempa susulan selain merebaknya bau mayat membusuk.
Upaya menyingkirkan ratusan mayat yang masih saja ditemukan, enam hari setelah gempa bumi berkekuatan 7,9 skala Richter menghancurkan negara berpenduduk 28 juta jiwa di pegunungan Himalaya itu, menjadi masalah bagi petugas yang telah memerintahkan dilakukannya pembakaran mayat segera.
"Kamar mayat penuh melebihi kapasitasnya dan kami diberi perintah untuk membakar mayat-mayat itu segera setelah mereka dikeluarkan," kata Rahman Lal, pasukan paramiliter India yang bekerja sama dengan pasukan Nepal.
Bantuan perlahan-lahan mulai memasuki kota dan desa terpencil di pegunungan serta kaki bukit, namun bau mayat yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan di ibukota terlalu menyengat sehingga warga sulit untuk pulang ke rumah.
Banyak warga yang tidur di ruang terbuka sejak gempa Sabtu itu. Menurut data PBB, sebanyak 600 ribu rumah hancur atau rusak.
Menteri Keuangan Ram Sharan Mahat mengatakan Nepal membutuhkan sedikitnya 2 miliar dolar AS untuk membangun kembali rumah-rumah, rumah sakit, gedung pemerintah dan bangunan bersejarah, serta meminta bantuan donor internasional.
"Ini baru perkiraan awal dan perlu waktu untuk menghitung skala kerusakan serta biaya untuk membangun kembali," kata Mahat kepada Reuters.
PBB mengatakan 8 juta orang terkena dampak gempa, dengan setidaknya 2 juta orang membutuhkan tenda, air, makanan, dan obat-obatan dalam tiga bulan mendatang.
Seorang pejabat kementerian dalam negeri mengatakan jumlah korban tewas meningkat menjadi 6.134 orang dengan korban luka 13.906 orang.
Menteri Informasi Minendra Rijal mengatakan pemerintah akan memberikan bantuan segera senilai 1.000 dolar AS bagi keluarga korban tewas, serta 400 dolar AS untuk kremasi atau penguburan mayat.
Perdana Menteri Sushil Koirala mengatakan awal pekan ini, jumlah korban tewas akibat gempa tersebut bisa mencapai 10 ribu orang.
Angka perkiraan tersebut melampaui jumlah korban tewas pada gempa tahun 1934 yang mencapai 8.500 orang, gempa besar terakhir yang melanda negara Himalaya yang terletak di antara India dan Tiongkok itu.
Skala Luar Biasa
Pejabat Kementerian Dalam Negeri Laxmi Prasad Dhakal mengatakan, meskipun gempa 1934 lebih kuat, penduduk lembah Kathmandu saat itu masih lebih sedikit.
"Skala rekonstruksi akan sangat luar biasa," kata Dhakal. "Kami belum bisa menilai kerusakan di kawasan terpencil, yang hancur total."
Para pejabat mengatakan peluang untuk menemukan korban selamat semakin pudar. Pada Kamis, seorang anak lelaki dan seorang wanita dikeluarkan dari baway reruntuhan gedung, setelah mereka terjebak selama lima hari.
Setelah regu penyelamat mulai mencapai wilayah terpencil, para saksi melaporkan 70 hingga 80 persen bangunan rusak parah di Chautara, wilayah di timurlaut Kathmandu dekat perbatasan Tibet di Tiongkok.
Kemarahan atas lambannya upaya penyelamatan terjadi di beberapa kawasan. Warga Nepal menuding pemerintah terlalu lamban menyalurkan bantuan internasional yang telah mengalir ke negara tersebut.
Bantuan tersebut belum mencapai korban yang membutuhkan, terutama di kawasan-kawasan yang sulit dijangkau akibat kerusakan oleh gempa, buruknya cuaca serta masih terjadinya gempa susulan.
Ketegangan muncul antara warga asing dan warga Nepal yang putus asa ingin segera dievakuasi.
Di desa Ashrang, Gorkha, salah satu distrik paling parah terkena dampak gempa yang dicapai sekitar empat jam lewat darat dari Kathmandu, ratusan penduduk desa tinggal di luar rumah dengan sedikit bekal makanan dan air, meskipun berkotak-kotak biskuit, jus dan berkarung-karung beras serta gandum tersimpan di sebuah kantor pemerintahan setempat.
Nepal juga meminta bantuan helikopter kepada pemerintah asing untuk membantu operasi penyelamatan. Tiongkok diperkirakan mengirim lebih banyak lagi helikopter, kata Dhakal.
Di pegunungan Himalaya, aktivitas pendakian segera dibuka kembali di Gunung Everest pekan depan, setelah kerusakan yang ditimbulkan oleh longsoran salju akibat gempa diperbaiki, meskipun banyak yang membatalkan rencana pendakian mereka.
Longsor salju menewaskan 18 pendaki dan sherpa penunjuk jalan di kamp pendakian Everest. (*)