Sumenep (Antara Jatim) - Pada Ahad (1/2) siang sekitar 11.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB, hujan deras mengguyur wilayah Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Awalnya, aktivitas warga tidak terganggu dan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang dilakukan Fathorrahman, warga Kecamatan Batu Putih. Siang itu, pria yang mengendarai mobil sedan tersebut sedang berada di Kecamatan Kota, karena akan bersilaturrahim ke rumah temannya. Namun, sekitar pukul 15.00 WIB, mantan anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) Kecamatan Batu Putih itu harus menghentikan laju mobilnya ketika akan melintas di Jalan Adirasa. "Jalan tersebut tergenang air hingga setinggi lutut orang dewasa. Sebagian mobil yang sopirnya nekat menerobos genangan air, ada yang macet. Ini sudah mengganggu aktivitas warga," kata Fathorrahman. Kasus genangan air tersebut tidak hanya terjadi di sebagian ruas Jalan Adirasa, akan tetapi juga di ruas jalan lainnya. Sebagian ruas Jalan Trunojoyo, HOS Cokroaminoto, Urip Sumoharjo, KH Agussalim, dan Sultan Abdurrahman, semuanya di Kecamatan Kota, juga terendam air. Di lain tempat, Dekki mulai mengkhawatirkan genangan air di halaman rumahnya yang tak kunjung surut, bahkan mulai masuk ke rumahnya. "Rumah kami mulai tergenang air sekitar pukul 17.00 WIB dan hingga sekarang belum juga surut. Kondisinya malah tambah parah," kata salah seorang warga Perumahan Satelit, itu, menerangkan. Dekki juga terpaksa mengungsikan anak-anaknya ke rumah orang tuanya di Kecamatan Kalianget, ketika genangan air mulai mengalir ke bagian dalam rumah, termasuk ke kamarnya. Saat itu, hujan deras yang mengguyur Kecamatan Kota sekitar dua jam tersebut memang menimbulkan genangan air yang merendam sejumlah ruas jalan, rumah warga, dan lahan pertanian (sawah). Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Kusman Hadi menyatakan, genangan air yang terjadi pada Ahad siang hingga malam itu merendam 327 rumah warga dan 80 hektare lahan pertanian. Ratusan rumah warga yang tergenang air itu tersebar di lima desa/kelurahan, yakni Pajagalan (155 rumah), Bangselok (10), Kolor (146), Pabian (9), dan Marengan Daya (7), semuanya di Kecamatan Kota. "Sementara lahan pertanian yang terendam air secara keseluruhan sekitar 80 hektare dan tersebar di sejumlah desa, di antaranya Desa Patean, Kecamatan Batuan, dan Desa Nambakor, Kecamatan Saronggi," kata Kusman, menerangkan. Meluap Legislator meminta para pihak terkait di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep segera mengatasi kasus genangan air yang sering merendam ruas jalan dan rumah warga di Kecamatan Kota, ketika terjadi hujan deras selama beberapa jam. "Ini kasus yang sering terjadi dua tahun belakangan ini setiap hujan deras mengguyur kawasan kota dan sekitarnya. Harus ada solusi secepatnya dari pemerintah daerah. Jangan ada lagi kasus genangan air yang sampai merendam jalan dan rumah warga," ujar Wakil Ketua Komisi C DPRD Sumenep, Dwita Andriani. Ia menduga genangan air di sejumlah kawasan itu diakibatkan drainase dan Kali Marengan yang membentang di sebagian wilayah Kecamatan Kota, tidak mampu menampung debit air, ketika terjadi hujan deras selama beberapa jam. Sesuai hasil koordinasi dengan para pihak terkait di pemerintah daerah, kata dia, kasus genangan air yang merendam sejumlah ruas jalan dan ratusan rumah warga pada Ahad itu, belum termasuk kategori banjir, karena berlangsung tidak sampai delapan jam. "Namun, bagi kami dan warga Sumenep, persoalannya bukan pada waktu genangan. Lama atau sebentar, kasus genangan air itu sudah menyusahkan warga dan mengganggu aktivitas publik," kata Ita, sapaan Dwita Andriani. Kepala Dinas Pengairan Sumenep, Eri Susanto menjelaskan, sesuai hasil evaluasi, salah satu penyebab kasus genangan air yang merendam sejumlah ruas jalan dan rumah warga di Kecamatan Kota itu adalah meluapnya Kali Marengan. "Kali Marengan tidak mampu menampung debit air ketika hujan deras, akibat menjadi satu-satunya lokasi pembuangan air dari drainase di wilayah Kecamatan Kota dan adanya sedimentasi di sebagian hilir yang di sempadan sungainya banyak berdiri bangunan," katanya, menerangkan. Ia menjelaskan, pihaknya memang harus melakukan normalisasi pada Kali Marengan secara keseluruhan sebagai salah satu cara supaya sungai tersebut bisa menampung air dengan debit lebih tinggi jika hujan deras. "Di sempadan Kali Marengan yang banyak berdiri bangunan tersebut, sedimentasi atau pendangkalannya cukup tinggi akibat tidak bisa dilakukan normalisasi dan menjadi lokasi pembuangan sampah rumah tangga," ujarnya. Antisipasi Dua SKPD di Pemkab Sumenep, yakni dinas pengairan dan dinas cipta karya dan tata ruang, memiliki petugas khusus untuk memantau kondisi Kali Marengan dan drainase di Kecamatan Kota. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Sumenep, Bambang Irianto menjelaskan, pihaknya telah membentuk tim khusus pematusan yang salah satu tugas rutinnya adalah membersihkan kotoran atau penyumbat di drainase. Sebanyak 15 personel tim khusus pematusan itu juga bertugas untuk mengecek kondisi drainase guna memastikan seluruh saluran pembuangan air di kawasan kota dalam kondisi bagus. Sementara Dinas Pengairan Sumenep membentuk tim khusus berjumlah 17 orang yang tugasnya membersihkan kotoran atau penyumbat di Kali Marengan. "Penanganan kasus genangan air itu tidak bisa hanya dilakukan oleh kami. Ini merupakan pekerjaan lintas sektoral. Air yang mengalir di drainase itu akan melalui sungai sebelum akhirnya ke laut. Oleh karena itu, kami harus bersinergi dengan pimpinan Dinas Pengairan Sumenep," kata Bambang, menerangkan. Ia menjelaskan, pihaknya menangani bagian hulu dalam antisipasi kasus genangan air dan bagian hilirnya ditangani oleh pimpinan dinas pengairan. "Kami bersama pimpinan dinas pengairan sudah sering bertemu untuk membahas persoalan genangan air yang terjadi di Kota, ketika hujan deras. Kami memang harus bersinergi," ujarnya, menegaskan. Sejak pertengahan 2014, kata dia, pihaknya telah menyusun rencana induk penanganan genangan air di Kota yang sering terjadi pada setiap musim penghujan. Sesuai hasil evaluasinya, genangan air yang terjadi di Kota ketika curah hujan tinggi biasanya berlangsung sekitar tiga jam. "Selain curah hujan tinggi dan terjadinya penyumbatan atau adanya kotoran di drainase, kami menduga ada penyebab lain, yakni pembuangan air dari drainase di Kota hanya ke satu lokasi, yakni ke Kali Marengan," paparnya. Dalam rencana induk penanganan genangan air, pembuangan air dari drainase di Kota akan dipecah menjadi tiga, yakni ke Kali Marengan, Kali Patrean, dan bozem di Desa Pinggirpapas, Kecamatan Kalianget. "Air pada drainase bagian utara kota akan dibuang ke Kali Patrean, sisi tengah tetap ke Kali Marengan, dan bagian selatan akan dibuang ke selatan yang bermuara pada bozem di Pinggirpapas. Selama ini, semuanya mengalir ke Kali Marengan," kata Bambang. Ia juga mengemukakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait di Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kementerian Pekerjaan Umum untuk merealisasikan rencana induk penanganan genangan air tersebut. "Butuh dana besar untuk mewujudkan rencana induk tersebut dan akan berat, jika hanya ditanggung Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumenep. Biayanya diperkirakan Rp15 miliar," ujarnya, menambahkan. (*)
Jangan Ada Lagi Genangan Rendam Rumah!
Minggu, 8 Februari 2015 7:37 WIB